Kamis 05 Oct 2017 16:36 WIB

SMRC: Jokowi dan Prabowo Paling Potensial dalam Bursa Capres

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Bayu Hermawan
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan,memaparkan hasil survei nasional bertajuk Modal Presidensialisme: Evaluasi Publik Nasional atas Kinerja Pemerintahan Jokowi Kuartal Pertama 2016 di Kantor SMRC, Jakarta, Ahad (17
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan,memaparkan hasil survei nasional bertajuk Modal Presidensialisme: Evaluasi Publik Nasional atas Kinerja Pemerintahan Jokowi Kuartal Pertama 2016 di Kantor SMRC, Jakarta, Ahad (17

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, masih menjadi dua nama paling potensial dalam bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Persentase dukungan terhadap dua figur ini jauh melampaui tokoh-tokoh lain.

Djayadi menuturkan, jika Pilpres digelar saat survei, maka kecenderungan nama yang pertama muncul dalam pikiran responden (top of mind) adalah Jokowi (39 persen), Prabowo (12 persen) dan Susilo Bambang Yudhoyono (1,6 persen).

"Dukungan terhadap nama-nama lain di bawah satu persen," ujar Djayadi dalam konferensi pers di kantor SMRC, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (5/10).

Djayadi melanjutkan, tren dukungan kepada Jokowi meningkat sejak Januari 2017. Sementara itu, dukungan kepada Prabowo cenderung meningkat pada Mei 2017 tetapi menurun hingga saat ini.

Selanjutnya, jika responden diberi daftar semi terbuka nama-nama figur Capres, Jokowi dan Prabowo masih tetap mendapat dukungan tertinggi. Dukungan terhadap Jokowi sebesar sekitar 46 persen, sedangkan dukungan kepada Prabowo sebesar 19 persen.

"Berdasarkan perbandingan parameter top of mind dan semi-terbuka, secara kuantitatif posisi Jokowi sebetulnya lebih baik dibanding SBY saat dua tahun sebelum pemilu. Logikanya, dengan posisi lebih baik seharusnya dia punya kesempatan lebih besar untuk memenangkan pemilu mendatang. Namun, dengan catatan semua kondisi stabil seperti saat ini," jelasnya.

Sementara itu, lanjut Djayadi, dalam pertanyaan semi-terbuka mengenai parpol, sebanyak 27 persen warga akan memilih PDIP diikuti Golkar sebanyak 11,4 persen, Gerindra sebanyak 10,2 persen dan Demokrat sebanyak 7 persen . Sebanyak 19 persen pemilih tercatat belum menentukan pilihan.

"Secara tren, ada kecenderungan bahwa dibanding Pemilu 2014, dukungan kepada semua parpol kecuali PDIP cenderung menurun atau stagnan. Misalnya Golkar dapat 14 persen, sekarang pada posisi 11 persen. PDIP satu-satunya parpol yang kecenderungan suaranya menguat jika terlihat di trennya," tambah Djayadi.

Survei digelar pada 3-10 September 2017 dengan populasi sebanyak 1220 responden. Dari jumlah responden itu, ada 1057 responden yang dapat dianalisis datanya. Survei dilakukan dengan metode random sampling melalui wawancara dengan tatap muka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement