REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Silakan pulang, tapi ingat, ketika ting gal di negerimu ja ngan menjadi peng hulu (pegawai pe merintah). Kalau kamu mengajar, saya akan ridha duniaakhirat.
Pesan itu disampaikan alim di Tanah Suci abad ke-20 Syekh Ali al-Maliki kepada orang Betawi yang kelak ber juang memerdekakan Indonesia KH Noer Ali (1914-1992). Berbekal pesan itu dia membangun Pesantren at-Taqwa di Kampung Ujung Harapan, Babelan, Kabupaten Bekasi. Bermula dari pengajian kecil, pria yang dikenal sebagai 'Singa Karawang-Bekasi' ini mendakwahkan Islam sebagai dasar kehidupan, yang mengajarkan sikap berdikari dan antipenjajahan.
Dia juga mengajarkan bagaimana masyarakat harus memahami agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Alquran dibaca dan dipahami maknanya. Kemudian diamalkan dalam keseharian. Masjid dibangun untuk dipenuhi masyarakat dan menjadi pusat kegiatan. Ajaran itu menjadi petuah yang dipegang teguh masyarakat sekitar Kampung Ujung Harapan.
Siapa pun yang menginjakkan kaki di sana pasti akan mudah menemukan mushala berukuran besar. Sepanjang jalan menuju Pesantren at-Taqwa, satu mushala dan lainnya hanya dipisahkan jarak yang tidak sampai setengah kilometer. Tempat sujud yang terbesar ada di lingkungan pesantren at-Taqwa. Bangunan dua lantai itu memiliki halaman luas.
Sebaran tempat ibadah itu merupakan bukti keinginan KH Noer Ali yang menginginkan Kampung Ujung Harapan menjadi area yang islami.
Masyarakat di sana harus terbebas dari hal yang diharamkan agama. mereka harus mengisi keseharian dengan kegiatan yang bermanfaat, sehingga mendidik anak-cucu.