Jumat 13 Oct 2017 03:27 WIB

Jenderal Myanmar: Rohingya Bukan Penduduk Asli Myanmar

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Budi Raharjo
Seorang wanita pengungsi Rohingya menggendong anaknya di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Seorang wanita pengungsi Rohingya menggendong anaknya di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID,YANGON -- Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing menyatakan Rohingya bukanlah penduduk asli negaranya. Ia mengklaim bahwa Inggris bertanggung jawab atas kehadiran Rohingya di Myanmar sewaktu mereka masih menjajah negaranya.

Orang-orang Bengali (sebutan untuk merendahkan Rohingya) tidak dibawa ke negara ini oleh Pemerintah Myanmar, tapi oleh penjajah. Mereka bukan penduduk asli (Myanmar)," ujar Min Aung Hlaing, Kamis (12/10) seperti dikutip dari reuters.

Kemudian terkait operasi militer di negara bagian Rakhine yang memicu gelombang pengungsi, Min Aung Hlaing menuding bahwa warga Rohingya terlibat dalam aksi separatis yang mengincar tentara Myanmar. Warga Bengali lokal terlibat dalam serangan di bawah kepemimpinan ARSA (Tentara Pembebasan Rohingya Arakan). "Itulah sebabnya mereka mungkin telah melarikan diri karena mereka merasa tidak aman," ujarnya.

Kareka kedua faktor tersebut, menurutnya, wajar ratusan ribu warga Rohingya hengkang dari negaranya. "Tempat asli orang Bengali yang sesungguhnya adalah di Bengal," ujar Min Aung Hlaing.

Kendati demikian, Min Aung Hlaing mengulangi sebuah janji dari Aung San Suu Kyi bahwa pengungsi Rohingya akan diterima kembali berdasarkan kesepakatan dengan Bangladesh pada awal 1990-an. Namun banyak warga Rohingya meragukan peluang mereka uhtuk kembali ke rumah atau desa asalnya di Rakhine, sebab mereka mengaku takut dan trauma.

Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Zeid Raadal-Hussein telah menggambarkan operasi militer Myanmar di Rakhine sebagai aksi pembersihan etnis. Ia bahkan menduga bahwa militer Myanmar sengaja melakukan operasi tersebut agar dapat mendepak Rohingya dari Rakhine tanpa kemungkinan untuk kembali lagi.

Sejak operasi militer Myanmar terjadi pada 25 Agustus, lebih dari setengah juta warga Rohingya di Rakhine mengungsi ke Bangladesh. Mereka mengungsi dengan maksud untuk menyelamatkan diri dari aksi brutal militer Myanmar.

Kendati telah lebih dari sebulan, gelombang pengungsi Rohingya ke zona perbatasan Bangladesh masih berlangsung. Pada Senin hinggaRabu pekan ini, misalnya, lebih dari 10 ribu warga Rohingya tiba di zona perbatasan Bangladesh.

Menurut sekretaris negara bagian Rakhine, Tin Maung Swe, warga Rohingya memang meninggalkan daerah tersebut setiap harinya untuk menyusul anggota keluarga yang telah mengungsi ke Bangladesh. Dan untuk mereka yang masih tinggal di Rakhine, Pemerintah Myanmar, kata Tin Maung Swe, mencoba membantu kehidupan mereka.

Pemerintah berusaha mendukung mereka yang membutuhkan. "Mereka bisa memancing atau menangkap udang di anak sungai dekat desa mereka," katanya.

Ia pun memastikan bahwa keselamatan warga Rohingya yangter sisa di Rakhine terjamin. "Tidak ada yang membunuh atau mengintimidasi mereka," kata Tin Maung Swe.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement