REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) meminta PSSI agar lebih serius membuat rasa aman dalam kompetisi sepak bola nasional. Menpora Imam Nahrawi, pun mendesak agar terulangnya suporter tewas lantaran kerusuhan sepak bola, Rabu (11/10) diusut tuntas lewat proses hukum.
Sesmenpora Gatot Dewa Broto menyampaikan, PSSI diminta mengusut tuntas peristiwa nahas tersebut. "Kemenpora dengan sungguh-sungguh meminta agar PSSI menindak tegas siapa pun yang terlibat dalam peristiwa itu," kata Gatot, dalam rilis resmi yang disampaikan kepada wartawan di Jakarta, Jumat (13/10).
Pada Kamis (12/10), suporter Persita Tangerang bernama Banu Rusman meninggal dunia setelah dirawat sehari di RSUD Cibinong. Laki-laki 17 tahun tersebut, menjadi korban aksi tawuran kelompok pendukung Laskar Cisadane saat menjamu PSMS Medan, pada laga Liga 2 2017, di Lapangan Persikabo, Bagor, Rabu (11/10).
Kerusuhan tersebut, dipicu dari kekesalan suporter tuan rumah yang kalah 0-1 dari Si Ayam Kinantan dalam laga tersebut. Suporter dengan julukan Benteng Viola itu, turun ke lapangan meluapkan kecewanya. Tetapi, luapan tersebut, juga dilampiaskan terhadap para pendukung kesebelasan tamu, yakni para serdadu dari Kesatuan Divisi 1 Kostrad Cilodong.
Luapan kekalahan suporter tuan rumah tersebut, dilawan para pendukung tim tamu di luar lapangan. Aksi tersebut, menjadi tawuran tak terkendali yang membenturkan antara sipil dan prajurit militer aktif. Banu, dalam kerusuhan tersebut, mengalami luka robek di bagian kepala.
Selain Banu, 17 korban lain juga menjadi korban luka-luka. Tujuh di antaranya, perempuan rentang usia 15 sampai 24 tahun. Beberapa korban luka-luka, sampai hari ini, juga masih terbaring di RSUD Cibinong. Terlibatnya tentara dalam kerusuhan dengan sipil kali ini, menambah kelam catatan buruk sepak bola Indonesia.
Gatot melanjutkan, desakan kepada PSSI kali ini, bukan yang pertama. Dalam catatan dia, peringatan dari Kemenpora juga sudah sering dilakukan. Dalam enam bulan terakhir, pun Kemenpora menyoroti kompetisi Liga 1 maupun Liga 2 yang sarat kekarasan.
Gatot mengatakan, meskipun prajurit militer terlibat kali ini, PSSI pun harus tetap objektif. "Tidak peduli apapun latar belakang terduga pelakunya, PSSI kami minta tetap harus bertindak tegas," sambung dia.
Pangkostrad Edy Rahmayadi, kepada Republika.co.id Kamis (12/10), mengakui, para serdadunya terlibat dalam kerusuhan tersebut. Edy menjelaskan, sedikitnya ada 15 prajuritnya yang juga mengalami kepala bocor dan memar-memar akibat dipukuli para suporter sipil.
Namun, dia pun berjanji akan mengusut tuntas kasus yang melibatkan para prajuritnya kali ini. Dia mengatakan, jika para prajuritnya itu terbukti bersalah, hukuman akan menanti. Sementara ini, kata Edy, yang juga Ketua Umum PSSI itu, dirinya hanya memerintahkan agar para suporter militer, tak lagi masuk ke dalam stadion.