Selasa 17 Oct 2017 13:31 WIB

Agar Dimudahkan dalam Memutuskan

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Berdoa di puncak bukit Uhud
Foto: Antara/Zarqoni
Ilustrasi Berdoa di puncak bukit Uhud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rasulullah  SAW bersabda, Istikharah berasal dari kebahagiaan anak Adam, yang mempraktekkan Istikharah dan membuatnya bahagia dengan apa yang telah Allah takdirkan baginya. Sementara Istikharah juga berasal dari kesengsaraan putra Adam, yang kecewa dengan Istikharah dan tidak senang dengan keputusan Allah. (Tirmidzi dan Ahmad)

Sayangnya, banyak orang sekarang mengabaikan sunah yang indah ini, dan menggunakan cara-cara tanpa dasar atau terlarang untuk membuat keputusan penting. Ada beberapa yang mengikuti sunah dengan shalat Istikharah, tapi menambahkan mitos aneh dan ekspektasi yang tidak masuk akal terhadapnya.

Mereka meminta beberapa orang asing atau tokoh agama untuk melakukan Istikharah dan mendoakan keinginan mereka, dan mengharapkan hasil Istikharah ditunjukkan kepada mereka dalam mimpi, penglihatan, beberapa tanda atau warna khusus, sementara semua itu semua hanyalah omong kosong.

Pertama, ini adalah bentuk inovasi untuk meminta orang lain melakukan Istikharah untuk mereka atau melakukannya untuk orang lain. Kedua, ini tidak bisa memberi satu hasil instan seperti memberi sinyal hijau untuk dilanjutkan dalam pilihan tertentu.

Istikharah adalah doa yang dibutuhkan seseorang untuk dirinya sendiri, kapan saja dan kemudian memutuskan masalah (yang kita doakan). Dan jika itu baik maka Allah akan memudahkan kita dan memberkati kita dalam hal itu, dan jika itu tidak baik untuk kita, maka Allah akan mengalihkannya dari kita dan akan memudahkan kita dengan kebaikan-Nya.

Karena orang yang melakukan Istikharah, akan memutuskan suatu pilihan tanpa keraguan, kita akan menemukan petunjuk-Nya dan pilihan keputusan-Nya tidak akan pernah mengecewakan. Seperti yang Allah katakan kepada Rasul-Nya, "... Dan ketika kamu telah memutuskan, maka berserahdirilah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal (kepada-Nya). (QS 3: 159)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement