REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Liga Indonesia Baru (LIB) Tigor Shalomboboy mengatakan, tak sedikit klub-klub di Liga 1 musim ini yang abai terhadap ketersedian medis saat pertandingan. Dia mengatakan, padahal sebelum kompetisi dimulai, LIB dan PSSI sudah mewajibkan setiap hal penanganan medis.
Tigor mengatakan, regulasi Liga 1 menebalkan aspek medis yang harus tersedia saat pertandingan. Yaitu, adanya mobil ambulans sebanyak dua unit, juga tandu serta tim dokter.
Dia mengatakan, LIB juga mengharuskan laga berlangsung di stadion yang memiliki ruang medis lengkap dengan sarana pendukung pertama dalam pertolongan. LIB dan PSSI pun mengharuskan panitia lokal menggandengn rumah sakit setempat, sebagai rujukan pertama dalam situasi kritis.
Tetapi, Tigor mengatakan, sampai sebelum peristiwa di Stadion Surajaya, Lamongan itu, masih banyak klub-klub dan panitia lokal yang memilih untuk menghiraukan aspek medis tersebut. “Tapi kita tidak dalam posisi menyalahkan. Itu menjadi pelajaran kita bersama,” ujar Tigor, Selasa (17/10)
Dia mengatakan, insiden yang menimpa Choirul Huda harus menjadi pengingat semua manajemen klub di Tanah Air. “Dari awal, kami sudah mengingatkan klub-klub. Sekarang baru ada kejadian seperti ini,” ujar dia.
Kedepan, Tigor mengatakan, LIB setuju dengan usulan PSSI untuk meminta FIFA membantu federasi nasional, dalam peningkatan penanganan medis saat lapangan. Menurut dia, selain meningkatkan kualitas tim medis, para pemain dari masing-masing kesebelasan juga perlu diberikan pendidikan penanganan medis.
Sebab, dia mengatakan, dalam beberapa peristiwa yang mengancam nyawa pemain saat di lapangan, bantuan pertama untuk menolong datang dari pemain yang berada paling dekat.