Ahad 22 Oct 2017 17:25 WIB

BNPB: Kurangi Risiko Bencana Mulai dari Sungai

Rep: Nuraini/ Red: Endro Yuwanto
Peluncuran program Sekolah Sungai Papua Barat dan Aksi Bersih-Bersih Sungai Remu di Sorong, Papua Barat, Ahad (22/10).
Foto: Republika/Nur Aini
Peluncuran program Sekolah Sungai Papua Barat dan Aksi Bersih-Bersih Sungai Remu di Sorong, Papua Barat, Ahad (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  SORONG -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut 92 persen bencana berasal dari faktor mikrohidrologi, yakni banjir dan longsor. Salah satu penyebabnya karena sungai tidak mengalir dengan baik akibat pendangkalan. Karena itu, pengurangan risiko bencana dinilai bisa dimulai dari sungai.

Menurut Kepala BNPB Willem Rampangilei, tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini yakni degradasi lingkungan yang lebih cepat dari laju pemulihannya. Daerah aliran sungai yang disebutnya kritis telah mencapai 24,6 juta hektare.

"Kondisi sungai sebagian besar dijadikan tempat pembuangan sampah sehingga terjadi pendangkalan, juga ada pencemaran dari pabrik," ujar Willem dalam pengukuhan Sekolah Sungai Papua Barat dan Aksi Bersih-Bersih Sungai di Sorong, Papua Barat, Ahad (22/10).

Sungai dinilai Willem merupakan sumber kehidupan manusia. Hal ini karena sungai berfungsi tidak hanya untuk irigasi, tetapi juga untuk perkembangan flora dan fauna serta sarana transportasi. Akan tetapi, saat ini sungai sudah bukan lagi sumber kehidupan karena telah berubah menjadi lokasi pembuangan sampah. 

"Kami perlu lakukan upaya normalisasi sungai karena 92 persen bencana terjadi dari mikrohidrologi, yakni banjir dan longsor. Salah satu penyebabnya karena sungai tidak mengalir dengan baik," ujar Willem.

Menurut Willem, pemulihan sungai harus dilakukan dengan gerakan masif. Gerakan itu harus mengkolaborasikan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. "Kalau sungainya bagus, otomatis dampak kalau ada hujan yang melebihi kapasitasnya, dampak bencana berkurang," ujarnya.

Pengurangan dampak bencana tersebut dinilai Willem penting. Hal ini mengingat Indonesia merupakan salah satu negara paling rawan terhadap bencana.

Indonesia memiliki beragam bencana yang melanda mulai dari banjir, longsor, puting beliung, hingga erupsi gunung berapi. Saat ini, 150 juta masyarakat Indonesia tinggal di daerah rawan bencana, yang 60 juta orang di antaranya tinggal di wilayah rawan banjir, dan 40 juta orang tinggal di wilayah rawan longsor.

Pada 2016, BNPB mencatat bencana yang terjadi di seluruh Indonesia mencapai 2.384 kali, atau naik 38 persen dari 2015. Jumlah masyarakat yang terdampak mencapai satu juta orang dengan lebih dari 500 orang meninggal. Sementara, kerugian akibat bencana yang harus ditanggung pemerintah mencapai Rp 30 triliun tiap tahun.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement