REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beribadah kepada Allah SWT merupakan keharusan bagi setiap umat yang beriman. Ibadah tersebut semata-mata untuk mendapatkan ridha dari Allah untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Firman Allah dalam surah al- Hajj (22): 11 menyebutkan, "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu ben cana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata."
Ayat tersebut menjadi pembuka dari Ustaz Miftahudin dalam kajian Islam Masjid Agung al-Azhar yang bertema "Ibadah Cuma Ada Maunya Saja" di Ruang Utama Masjid, Jumat (20/10). Menurut dia, ibadah kepada Allah jangan sampai hanya karena ingin mendapatkan materi imbalan berupa materi di dunia.
Ayat Alquran itu, kata Ustaz Miftahudin menunjukkan seseorang yang melaksanakan ibadah hanya bertujuan mendapatkan pemberian di dunia. Pola pikir demikian dengan beribadah mereka harus menjadikan dirinya sukses secara materi.
Jika tidak mendapatkan kesuksesan setelah beribadah, mereka akan menyalahkan agamanya. "Maka, ada per sepsi dan paradigma yang salah yang melahirkan cara berpikir, bersikap. Maka, jelas yang bermasalah orangnya," ujar Ustaz Miftahudin.
Dalam Islam, Ustaz Miftahudin mengatakan, ibadah tidak sebatas ritualitas. Tapi, ibadah berkaitan dengan pola pikir, sikap, dan kedalaman berakidah. Hal tersebut akan menjadi tolok ukur hubungan seseorang dengan Allah. "Kalau itu bermasalah, maka interaksi dengan Allah, segala ibadahnya hanya hiasan bibir. Jika ini terjadi, menjadikan manusia menyembah Allah di tepian," Ustaz Miftahudin mengungkapkan.