REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival Pantun Betawi akan tetap digelar setelah gagal diselenggarakan pada Sabtu-Ahad (28-29/10). Festival akan dibuat lebih meriah dengan mengambil momentum Hari Pahlawan pada pada 10 November 2017.
Sekretaris dan bendahara acara Festival Pantun Betawi Joko Sadewo mengatakan, kegagalan acara pada 28 Oktober membawa kerugian besar tidak hanya bagi panitia, tetapi juga masyarakat dan pedagang. Oleh karena itu, semangat mereka tercambuk untuk merancang acara yang lebih besar.
"Yang masih berhubungan sama pemuda, tanggal 10 November nanti, Hari Pahlawan," kata Joko, kemarin.
Ketua Panitia Festival Pantun Betawi Hadi Wibowo menyatakan, setelah acara dibubarkan oleh aparat pada Sabtu, dirinya berkoordinasi dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Dari pertemuan tersebut, Wibowo mengklaim Wagub DKI menyarankan agar acara tetap dilakukan. Sandiaga, kata dia, juga akan mencoba berkomunikasi dengan warga yang melaporkan acara tersebut.
"Waktu kejadian kan kita sampaikan, ada masalah dengan orang petinggi. Yang merespons Pak Wagub. Dia bilang akan komunikasikan, kalau perlu menghadap beliau. Sejauh itu, saya enggak tahu langkahnya seperti apa. Terakhir pukul 16.00 sore kita diundang ke Balai Kota," kata Wibowo.
Saat ini, pihak panitia memilih berfokus pada konsolidasi dan mengakumulasi kerugian yang telah mereka alami karena gagalnya acara tersebut. Wibowo menyebutkan, sejumlah masyarakat bahkan memberi saran agar menyomasi pihak kepolisian.
Sebelumnya, panitia mengaku diusir dan dibubarkan oleh pasukan polisi yang membawa senjata laras panjang dan water canon ke lokasi acara, Jalan Bangka Barat, Jakarta Selatan, Jumat (27/10). Panitia juga mengaku diintimidasi hingga terpaksa membatalkan acara tersebut.
Tokoh kebudayaan Betawi Ridwan Saidi menyayangkan pembatalan acara tersebut. Menurut Ridwan, perlu ada kejelasan dari pihak kepolisian dan seorang warga yang dikabarkan keberatan terhadap acara tersebut.
"Ya dijelaskan dong. Satu orang warga itu kok bisa begitu gampang meminta polisi untuk membatalkan," kata Ridwan.
Ridwan menilai festival tersebut adalah acara penting untuk membangun peradaban. Ridwan kemudian meminta pihak yang membatalkan untuk mengganti kerugian panitia. "Dia harus mengganti kerugian panitia," kata Ridwan.
Meski begitu, Kepala Polres Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan tetap menolak disebut membubarkan acara tersebut. Ia bahkan meminta semua media yang menulis Festival Pantun Betawi dibubarkan untuk mengoreksi tulisannya.
Menurut dia, Polres tidak pernah menurunkan tim untuk membubarkan kagiatan seni di Jalan Bangka Selatan. "Saya minta tolong diluruskan," kataya.
Iwan mengklaim jajaran kepolisian di polsek dan polres telah memberikan izin dan penjagaan agar acara Festival Pantun Betawi berjalan aman serta lancar. Apalagi, acara seni dan budaya itu rencananya dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
"Tidak ada pembatalan, pembubaran. Tidak ada water canon untuk memburkan paksa," katanya.
Menurut dia, kalau ada anggota polisi yang datang ke tempat acara itu, mereka bukan membubarkan acara, tetapi berpatroli sebagai anggota babinkamtibmas. Iwan mengakui, pihaknya baru menerima permintaan izin dari panitia pada Jumat malam, pukul 21.00 WIB, padahal acara digelar sejak Jumat siang. Ia mengatakan, meski panitia telat mengajukan izin kepada pihak kepolisian, polisi tetap mengamankan penyelenggaraan acara.
Iwan juga mengklaim, anggota polres saat itu ikut membantu menutup jalan yang masuk ke tempat acara Festival Pantun Betawi. "Surat permohonan penutupan jalan dishub diterima sekitar jam sembilan malam untuk acara besoknya, maka langsung kita proses, langsung kita berikan izin," katanya.
(Inas Widyanuratikah/Zahrotul Oktaviani, Editor: Ilham Tirta)