REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara telah usai digelar di Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, Selasa (31/10). Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis yang menjadi pembicara dalam halaqah tersebut mengatakan, para ulama dan cendikiawan yang hadir diharapkan bisa menjadi kader bangsa yang militan.
"Ini kan kita ingin bikin kader bangsa yang militan, jumlah yang besar kalau tidak militan itu rapuh. Jumlah kecil tapi dia militan akan lebih kuat," ujarnya kepada Republika.co.id usai acara penutupan haqalah di Pondok Pesantren Al Hikam, Beji, Depok, Selasa (31/10).
Ia menuturkan, jika para kader tersebut benar-benar cinta terhadap tanah air dan Islam, meskipun hanya 20 orang akan mampu mengalahkan 200 orang yang menyebarkan pemahaman sesat tentang keagamaan dan kenegaraan. "Tapi ketika imannya turun tidak militan, itu sebaliknya kita 200 orang kalah sama 20 orang. Nah kita ingin menciptakan kader yang militan ini," ucapnya.
Menurut Kiai Cholil, ancaman bagi bangsa saat ini tengah banyak terjadi di daerah-daerah terpencil, pasalnya masayarakat di daerah belum mendapatkan sosialisasi secara utuh tentang pemahaman cinta tanah air, Pancasila, dan pemahaman ideologi Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
"Karena itu amat diperlukan orang-orang yang sudah mendalam ilmunya itu disebar ke 3T, Terdepan, Terluar, dan Terdalam itu. Karena perbatasan-perbatasan itu yang rawan. Ini perlu kita sosialisasikan," katanya.
Dia mengatakan, berbagai ancaman pemahaman keagamaan di daerah juga menjadi keresahan para ulama pesantren dan cendikiawan yang hadir dalam halaqah tersebut, seperti ulama dari Papua, NTT, Manado, Gorintalo, dan dari Palu. "Jadi mereka merasakan di daerah-daerah itu tak terjangkau seperti di Palu, di Gorontalo. Misalnya dari satu kecamatan ada 13 desa, yang disiapkan dengan dai Aswaja hanya tiga desa dari 13 desa, jadi ada delapan yang belum terkena sentuhan Aswaja dan bela negara," ujarnya.
Seperti diketahui, Halaqah Nasional ini telah diselenggarakan dua tahap dengan menghadirkan 200 ulama pesantren dan cendikiawan. Tahap pertama dilaksanakan pada Selasa (24/10) hingga Kamis (26/10), sedangkan tahap kedua digelar mulai Ahad (29/10) hingga Selasa (31/10).
Menurut Kiai Cholil, nantinya akan dipilih lagi 100 ulama dan cendikiawan untuk mengikuti workshop bulan depan di Cianjur. Lalu, kata dia, akan dirumuskan kembali modul-modul bela negara. "Nah orang-orang yang sudah dilatih ini jangan hanya untuk dirinya sendiri. Ini harus dilempar ke tempat-tempat yang memang membutuhkan sosialisasi itu, sehingga mereka bisa menyampaikan isi Aswaja dan Bela Negara," katanya.