Rabu 01 Nov 2017 10:13 WIB

Menag: Santri Pikul Tanggung Jawab Jaga NKRI

Menag Lukman Hakim Saefudin
Foto: Republika/Yulia Ningsih
Menag Lukman Hakim Saefudin

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Santri memilik tanggung jawab untuk terus menjaga keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apalagi, sejarah mencatat, peras santri demikian besar dalam memperjuangkan, mempertahankana, dan mengisi kemerdekaan.

"Kita semua, hidup di sini, mati pun akan dikubur di Negeri ini. Karenanya, tidak ada alasan untuk tidak mencintai Tanah Air ini,” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan ceramah pada Peringatan Hari Lahir ke-28 Pondok Pesantren Modern dan Launching Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) al-Ihsan, di Aula Ibnu Sina, Lingkungan Pesantren Modern, milik Yayasan Pendidikan Islam Miftahul Jannah,  Bandung, Selasa (31/10).

Dalam kesempatan itu, dilakukan juga  peresmian Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) al-Ihsan dan peletakan batu pertama pembangunan gedung baru PTKIS oleh Menag. STIT al-Ihsan pada awal berdirinya, telah mempersiapkan dua jurusan, yakni Jurusan Manajemen Pendidikan Islam dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Menurut Lukman, salah satu tugas para santri dalam menjaga NKRI saat ini adalah dengan tekun mendalami ilmu keislaman, agar Indonesia terus terjaga dan terawat, tidak tercerabut dari nilai-nilai agama. “Kita punya jargon, hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman). Seorang santi, tidak bisa melepaskan ke-Indonesia-an nya. Itulah ciri santri, di mana pun kita berada. Kita bertanggung jawab atas nilai-nilai islam yang terdakwanya dalam NKRI,” ujarnya.

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur, KH Abdullah Sahal yang diundang secara khusus, menyampaikan, bahwa  pondok pesantren merupakan sumber dari waladun shaleh, sedang Indonesia adalah ibunya. Indonesia dilahirkan para ulama. Indonesia bisa merdeka, karena perjuangan para ulama yang anti penjajahan.

“Dengan kekuatan pesantren, Indonesia bisa merdeka, bersih dari penjajahan, sejahtera, dan maju. Saya bangga menjadi bagian dari pesantren. Mari kita jalankan tugas kita masing-masing, sesuai dengan nilai, risalah, dan amanah kemerdekaan kita. Bangunlah jiwanya, bangun lah raganya, untuk Indonesia Raya," tegas Kiai Sahal.

"Tanamkanlah, pada anak-anak kita untuk mempertahankan kemerdekaan. Tanamkan untuk menjaga NKRI dan membangun Indonesia seutuhnya menuju cita-cita kemerdekaan. Agar apa yang kita lakukan berkah," imbuh Kiai Sahal.

Mewakili pondok Pesantren, Ketua I Bidang Pendidikan, Mahrus As'ad, mengatakan, Ponpes Modern al-Ihsan didirikan di Kota Bandung pada 1989, dengan  11 santri. Pada 1991, ponpes pindah ke Baleendah.  “Alhamdulillah, kini, Ponpes Modern al-Ihsan memiliki sekitar 800 santri yang seluruhnya tinggal di asrama. Jika ditambah dengan RA, TK dan lainnya, jumlah santri al-Ihsan sekitar 1.100 santri," terang Mahrus.

Pondok Modern al-Ihsan  dipimpin oleh KH Ujang Muhammad Haji Masturo. Pesantren ini menyelenggarakan Kelompok Bermain (Kober); Taman Kanak-Kanak Iso Terpadu (TKIT); Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT); Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah (KMI) 6 Tahun dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT). Selain itu, pesantren juga mengembangkan  Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH); Travel Umrah dan Haji Khusus (TUHK); Baitul Maap Lil-Ummah (BMU); Forum Pendidikan Anak Yatim dan Kaum Dhu'afa (FPYD); Majlis Ta'lim Lanjut Usia (MTLU).

Peringatan harlah ini dihadiri keluarga besar Yayasan Miftahul Jannah, Kanwil Kemenag Jawa Barat, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ahmad Zayadi, Direktur Diktis, Unsur Muspida, dan masyarakat.

sumber : kemenag.go.id
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement