REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Generasi Muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia kembali menyebut Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto telah mengecewakan kader Golkar di Jawa Barat. Hal ini tidak terlepas dari keputusan DPP Golkar yang mencalonkan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar bukan kader sendiri, Dedi Mulyadi.
"Coba bayangkan, seorang kader pimpinan di daerah besar seperti Jawa Barat yang sudah dipersilahkan mempersiapkan diri, dan tentu sudah konsolidasi melibatkan kader-kader Golkar lain se-Jawa Barat, tiba-tiba ditelikung, ditinggal, dan akhirnya tidak dicalonkan, tanpa pemberitahuan, itu sama sekali tak bermoral," jelas Doli, Rabu (1/11).
Keputusan yang seperti itu menurut dia pribadi, sudah dapat diduga dan bukan sesuatu yang mengherankan. Pertama, jelas dia, kepemimpinan Setya Novanto (Setnov) sebagai Ketua Umum dan Idrus Marham sebagai Sekjen, saat ini memang telah dikelola dengan 'management suka-suka'.
"Tergantung selera Setnov dan Idrus," katanya.
Semua keputusan penting tidak pernah melalui mekanisme organisasi yang benar. Pengambilan keputusan soal Pilgub Jawa Barat itu dikatakannya tak berbeda dengan pemecatan dari partai yang ia alami. Tanpa ada rapat, tanpa melibatkan pengurus lain, dan tidak memperdulikan efek terhadap organisasi partai secara keseluruhan, keputusan dengan gampang dan mudah saja dilakukan.
Kedua, keputusan itu juga menunjukkan bahwa Setnov dan Idrus tidak mempertimbangkan moral. Dalam menghadapi Pilgub Jawa Barat, sebenarnya sederet mekanisme telah dilampaui dan sudah mengarah ke satu nama kepada Dedy Mulyadi, yang juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat.
Bahkan Rapat Tim Pilkada dan Pleno DPP pun sudah menetapkan Saudara Dedy sebagai calon gubernur yang diusung Golkar Jabar. Ketiga, kejadian seperti Pilgub Jawa Barat ini, jelas dia, sebenarnya mengulangi kejadian sebelumnya, setidaknya di Pilgub Sumatera Utara, dan NTT.
"Jadi selama Setnov masih memimpin Golkar, maka kejadian serupa akan bisa terus berulang," ungkapnya.
Golkar kini menurut Doli telah disandera oleh kepentingan Setnov, dimana yang bersangkutan telah menjadi juga menjadi 'terpidana politik' dan bulan-bulanan partai politik lain. Dengan segudang masalah yang dimiliki ia memandang Setnov akan mudah didikte partai politik lain, terutama yang memiliki akses ke penegak hukum.
"Golkar kini tidak akan pernah mandiri dan maju mundurnya sangat tergantung faktor eksternal," tegas Doli.