REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengungsi Gunung Agung yang ditampung di posko pengungsian Gurita, Kota Denpasar, menjual canang atau sarana upacara umat Hindu sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan hidup di pengungsian. "Pengungsi perempuan buat canang untuk di jual di pinggir jalan dan memenuhi pesanan warga sekitar pengungsian. Hasil penjualannya digunakan untuk kebutuhan di pengungsian," kata koordinator dapur umum pengungsi Ratnawati saat ditemui di Denpasar, Kamis (2/11).
Menurut dia, bahan untuk membuat canang dibeli di pasar tradisional terdekat dan kemudian dikerjakan secara bergotong-royong. Selain berjualan canang, pengungsi lain juga berjualan makanan kemasan ringan dan minuman dengan menggunakan tempat bantuan dari warga setempat. "Banyak bantuan swadaya dari masyarakat di sini sehingga pengungsi Gunung Agung bisa terbantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Pascaturunnya status Gunung Agung dari level IV awas menjadi siaga pada Ahad (29/10) jumlah pengungsi di posko Gurita Denpasar sudah berkurang menjadi 219 orang. Selain itu, pihaknya juga memberdayakan pengungsi dengan memasak memenuhi kebutuhan sehari-hari secara bergantian. "Mereka kita atur, terapkan sistim piket masak pagi siang dan sore," ujarnya.
Selain memasak, warga pengungsi juga diminta untuk membersihkan lingkungan tempat mengungsi tetap bersih agar terhindar dari ancaman berbagai macam penyakit.
Sementara itu, salah seorang warga pengungsi, Jro Mangku Sandi mengaku sangat beruntung bisa ditampung di posko pengungsian tersebut. "Saya sengat senang dan nyaman di sini. Kami juga senang bisa bergotong-royong di pengungsian,"ujarnya.
Meskipun status Gunung Agung sudah turun, dia belum bisa pulang karena rumahnya masih masuk dalam radius enam kilometer atau zona merah. Dia tetap menunggu arahan dari pemerintah dan petugas ahli jika status sudah turun dan normal akan kembali ke kampung halamannya.