REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hukum Pidana Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar menilai, pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk menunjang pengungkapan kasus penyerangan Novel Baswedan diperlukan. Hal ini untuk mewujudkan objektivitas penyidikan kasus tersebut.

"Pengungkapan kasus Novel itu perlu dukungan yang optimal karena ada kesulitan-kesulitan yang pelik dihadapi polisi juga perlu objektivitas yang prima karena ada dugaan oknum kepolisian terlibat di dalamnya," kata Bambang kepada Republika, Selasa (7/11).

Namun, hal tersebut baru dapat terwujud apabila TGPF sendiri diisi dengan orang-orang yang sesuai. Menurut Bambang, TGPF dapat membantu Polri dengan catatan diisi oleh orang-orang yang memiliki prinsip kuat, tegas, dan konsisten dalam menjalankan misinya. TGPF juga perlu diisi orang yang memiliki profesionalitas tinggi serta pengetahuan taktis dan strategis yang luas dalam penyelidikan maupun penyidikan.

"Memiliki mental dan integritas moral yang baik. Hal ini dimungkinkan mereka akan berhadapan dengan mafia yang lebih canggih ketrampilan maupun sarananya," kata Bambang menambahkan.

Dengan adanya back up dari TGPF ini, diharapkan dapat membantu menunjang penyidikan yang dilakukan Polri. "Dapat membuat terang kesulitan-kesulitan yang dihadapi polisi," ujar dia.

Bambang juga menampik TGPF ini akan mereduksi fungsi Polri. TGPF bersifat back up untuk mendukung penyidikan secara teknis yang dilakukan Polri.

Baca, Mabes Polri: TGPF untuk Kasus Novel tidak Diperlukan.

Ikuti Whatsapp Channel Republika