Rabu 08 Nov 2017 13:45 WIB
Belajar Kitab

Pentingnya Keadilan

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Pemimpin yang adil dan menepati janji/ilustrasi
Foto: static.hbr.org
Pemimpin yang adil dan menepati janji/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam al-Ghazali dalam kitabnya  Nasihatul Muluk sangat menekankan pencapaian keadilan. Arti dasarnya adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pemimpin yang baik niscaya akan baik pula kepada rakyatnya. Pemimpin adalah seseorang yang menegakkan keadilan dan memusnahkan kezaliman di antara umat manusia.

Adil harus diwujudkan dalam kehidupan pribadi dan keluarga, yaitu dengan memberikan hak mereka dan tidak membiarkan mereka sewenang-wenang dalam ber perilaku. Jangan sampai keluarga penguasa, misalkan, menda patkan perlakuan khusus yang berlebihan sehingga menimbulkan kecemburuan.

Harta yang menjadi hak orang lain jangan sampai direbut karena hal itu merupakan kezaliman. Pemimpin yang adil tidak akan berpikir egois, tidak mengedepankan hawa nafsu. Yang selalu dikedepankan adalah kemaslahatan banyak orang. Targetnya adalah menegakkan hukum dengan adil sehingga masyarakatnya hidup dengan sejahtera penuh kemakmuran.

Sungguh betapa pentingnya keadilan. Al-Ghazali menilai agama menjadi kuat karena pemimpin. Pemimpin menjadi kuat karena tentara. Tentara menjadi kuat karena perekonomian. Ekonomi menjadi berguna karena keramaian dan kesejahteraan penduduk. Itu semua hanya terwujud hanya dengan keadilan, simpul al-Ghazali. Ini adalah inti dari Nasihatul Muluk.

Sang imam mencontohkan kekuasaan Majusi. Karena selalu ber pedoman pada keadilan, kerajaan Majusi dapat bertahan hingga empat ribu tahun. Penguasanya memahami betul bersikap adil adalah keniscayaan. Mereka tidak merasa berat untuk bersikap adil. Politik transaksional tidak menjadi acuan.

Yang mereka utamakan bukan hanya kemaslahatan segelintir atau sekelompok orang, tetapi semua rakyatnya. Ini adalah contoh nyata pemimpin yang adil. Orang paling tepat untuk memegang kendali kepemimpinan adalah yang hatinya sudah tidak ragu lagi menegakkan keadilan. Pemimpin adil tak akan menghadapi kesulitan untuk mewujudkan ketaatan pada prinsip dan peraturan perundang-undangan.

Contoh lainnya adalah surat untuk raja Persia Anushirwan dari tokoh bernama Yunan Dastur. Isinya adalah sebagai berikut, Wahai raja, ada empat hal yang harus selalu menjadi pegangan, yaitu keadilan, kecerdasan, kesabar an, dan kesopanan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement