Kamis 09 Nov 2017 19:45 WIB

Menelusuri Sumbangsih Budak dalam Penyebaran Islam

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi budak kulit hitam Amerika Serikat.
Foto: american-slavery
Ilustrasi budak kulit hitam Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Islam ke Amerika Utara saat seorang budak asal Maroko terdampar di dekat Galveston, Texas.

Penelusuran terhadap sumbangsih para budak dalam penyebaran Islam di wilayah Benua Eropa dan Benua Amerika, bukan perkara mudah. Minimnya data, menjadi salah satu faktor mengapa upaya kajian terhadap kontribusi budak dalam memperkenalkan Islam di wilayah yang mereka huni, tak banyak diungkap.

Islam pertama kali datang ke Amerika Utara pada 1528. Peter Manseau, dalam tulisan "The Muslims of Early America" menyebutkan, masuknya Islam ke Amerika Utara saat seorang budak asal Maroko terdampar di dekat Galveston, Texas. Dia dan empat temannya kemudian melakukan perjalanan ke banyak tempat di Amerika sebelum mencapai Kota Meksiko.

Estevanico dari Azamor telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Estevanico adalah orang Barbar dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol pada abad ke-16.

Adapun Muslim pertama yang berdomisili di Amerika Utara yakni Anthony Janszoon van Salee. Ia merupakan pemilik lahan dan pedagang campuran Belanda yang menetap di New Belanda, atau yang lebih dikenal dengan New york pada abad ke-17.

Gelombang perbudakan di Amerika terus mengalami pasang surut dan dinamika yang kompleks. Mengutip Laman History.com dalam babnya, Slavery in America,  perjuangan melawan perbudakan di Amerika Serikat sudah dimulai sejak 1830-an, dan mencapai puncaknya saat Abraham Lincoln terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Tepatnya 1 Januari 1863, dalam Proklamasi Emansipasi-nya, Lincoln resmi menetapkan perbudakan sebagai kejahatan.

Awal abad ke-19, negara-negara Eropa mulai menghapuskan perbudakan,  terutama terhadap budak Afrika. Tapi, di saat yang sama, perbudakan  koloni Eropa masih terjadi di negeri-negeri Asia yang berada di bawah  pendudukan mereka. 

Kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara 1875 dan 1912. Mereka berasal dari Suriah, Yordania,  Lebanon, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman.

Mereka datang ke AS untuk mengadu untung dan mencari sukses dalam rangka ingin memperbaiki taraf hidup mereka. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, di mana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah.

Persebaran budak Muslim juga cukup banyak di Brasil. Mereka didominasi dari Afrika. Pada masa itu, Brasil memperoleh 37 persen dari semua budak Afrika yang diperdagangkan, dan lebih dari tiga juta budak Afrika dikirim ke negara yang menjadi salah satu pemasok kopi terbesar di dunia ini.

Menurut Paul E Lovejoy, dalam Muslim Encounters with Slavery in Brazil, sekitar 1550, Portugis mulai memperdagangkan budak Afrika untuk bekerja di perkebunan gula. Para sarjana mengklaim, Brasil menerima lebih banyak budak Muslim dibandingkan tempat lain di Amerika.

Pada saat peristiwa Perang Barbary yang terjadi pada akhir abad ke-18, beberapa warga Brasil asli datang mengunjungi negeri-negeri Muslim. Ulama Portugis, Antonio Sosa, yang ditahan di Afrika Utara pada 1570-an menyebutkan, Portugis mempertahankan kota paling beragam etnis di dunia, termasuk Amerindian atau suku Indian dari koloni Iberia di Dunia Baru.

Edward E Curtis, dalam Muslims in America: A Short History (2009) menyebutkan, dari 1880-an hingga 1914, ribuan Muslim berimigrasi ke Amerika Serikat dari mantan wilayah Kekaisaran Ottoman dan mantan Kekaisaran Mughal.

Hal ini mengakibatkan populasi Muslim AS mengalami peningkatan dramatis pada abad ke-20. Kini, Islam adalah agama terbesar ketiga di Amerika Serikat setelah Kristen dan Yahudi.

Menurut survei Pew Research 2010, jumlah Muslim di AS yakni 0,9 persen dari populasi. Namun, Menurut perkiraan baru pada tahun 2016, akan ada 3,3 juta Muslim yang tinggal di Amerika Serikat atau sekitar 1 persen dari total penduduk AS. 

Pertumbuhan jumlah umat Islam di Amerika ini juga didorong dengan tingginya angka kelahiran dari komunitas imigran keturunan Arab dan Asia Selatan. Sekitar 72 persen dari Muslim Amerika adalah imigran atau generasi kedua.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement