REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Arab Saudi untuk PBB Abdallah Al-Mouallimi mengatakan, koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi akan membuka kembali beberapa pelabuhan dan bandara Yaman, dalam waktu 24 jam. Namun ia menjelaskan jalur bantuan utama masih akan tetap ditutup untuk membatasi penyelundupan senjata.
Pelabuhan yang akan dibuka adalah pelabuhan yang dikuasai oleh pemerintahan sah Yaman, yaitu pelabuhan Aden, Mukala, dan Al-Mokha. Sedangkan bandara yang akan dibuka adalah bandara di Aden, Seiyun, dan Socotra.
"Kami ingin memastikan langkah-langkah telah diambil oleh koalisi untuk memulai proses pembukaan kembali bandara dan pelabuhan laut di Yaman, untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dan barang komersial yang aman," kata Al-Mouallimi, yang berbicara di New York pada Senin (13/11) sore waktu setempat.
Pelabuhan lainnya, termasuk pelabuhan Hodeidah yang dikuasai Houthi, akan tetap ditutup sampai ada verifikasi PBB untuk memastikan tidak ada senjata yang diselundupkan ke daerah Houthi. Di pelabuhan ini, ada sekitar 80 persen pasokan makanan yang biasa dikirim untuk penduduk Yaman.
Al-Mouallimi meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk mengirim delegasi ke Riyadh. PBB diminta untuk meninjau mekanisme verifikasi dan inspeksi yang bertujuan untuk memfasilitasi arus pengiriman bantuan kemanusiaan dan barang komersial, sambil mencegah penyelundupan senjata, amunisi, rudal, dan uang tunai.
Koalisi yang dipimpin Arab Saudi menutup semua akses udara, laut, dan darat ke Yaman pekan lalu setelah sebuah rudal ditembakkan Riyadh. Arab Saudi mengatakan pihaknya harus membendung aliran senjata ke kelompok pemberontak Houthi dari Iran.
Iran membantah tuduhan Arab Saudi mengenai pasokan senjata ke Houthi. Arab Saudi juga menuduh milisi Hizbullah yang didukung Iran berada di balik peristiwa penembakan rudal itu.
"Hizbullah aktif di Yaman dan mereka aktif mendukung Houthi dalam mengoperasikan, mempersiapkan, serta memasang kembali rudal semacam itu dan meluncurkannya, termasuk yang diluncurkan ke Arab Saudi," ujar Al-Mouallimi, dikutip Arab News.
Organisasi bantuan kemanusiaan PBB dan internasional telah berulang kali mengkritik koalisi karena menghalangi masuknya akses bantuan, terutama ke Yaman utara. Pada Senin (13/11), juru bicara PBB Stephane Dujarric memperingatkan dua pertiga penduduk Yaman atau lebih dari 17 juta orang bergantung pada bantuan makanan.
Program Pangan Dunia PBB akan kehabisan beras dalam 111 hari, sementara stok gandum akan habis dalam 97 hari di Yaman. "Jika pelabuhan Laut Merah di Hodeidah dan Salif tidak segera dibuka, PBB tidak akan dapat memberi makan tujuh juta orang setiap bulannya," jelas Dujarric.
Baca juga, Serangan Satu Malam di Yaman Tewaskan 27 Orang.