Senin 20 Nov 2017 07:56 WIB

Mesir Buka Perbatasan Rafah Pascarekonsiliasi Fatah-Hamas

 Pos penyeberangan perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir.
Foto: AP/Roger Anis
Pos penyeberangan perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Pemerintah Mesir membuka perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza untuk pertama kalinya sejak penandatanganan kesepakatan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah bulan lalu. Dilansir dari Aljazirah, Rafah, penyeberangan utama di selatan Gaza, diperkirakan akan tetap terbuka selama tiga hari, mulai Sabtu.

Seorang wartawan Palestina di persimpangan, Hosam Salem mengatakan sekitar 10 bus telah meninggalkan Jalur Gaza dan satu bus masuk ke jalur tersebut. Dia memperkirakan sekitar 500 orang Palestina diizinkan melewati perbatasan.

Rafah adalah pintu keluar utama bagi dua juta orang Palestina di Jalur Gaza karena Israel memberlakukan blokade darat, laut dan udara di daerah tersebut lebih dari satu dekade yang lalu. Namun setelah Presiden Abdel Fattah el-Sisi naik ke tampuk kekuasaan pada 2014, Mesir membuat sebagian besar persimpangan ditutup.

Terakhir kali Rafah dibuka pada 16 Agustus - sekitar tiga bulan yang lalu. Sepanjang tahun lalu, persimpangan dibuka selama 14 hari. "Jika penyeberangan perbatasan tetap terbuka selama dua pekan, mungkin tidak akan ada kemacetan dan hal-hal akan terkendali. Tapi jika terbuka selama tiga hari saja, maka keadaannya tidak akan banyak membaik," katanya.

Ia memperkirakan lebih dari 20 ribu orang telah mengajukan permohonan untuk meninggalkan Jalur Gaza dua bulan yang lalu. "Beberapa orang pergi karena mereka memerlukan perawatan medis, yang lain pergi karena mereka ingin melanjutkan studi mereka di luar.Tapi ada juga seluruh keluarga yang mengemasi tas mereka dan berangkat untuk menetap di tempat lain," lanjutnya.

Kesepakatan rekonsiliasi pihak Palestina pada tanggal 13 Oktober membuat pengalihan wewenang atas persimpangan perbatasan dari Hamas ke Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat (PA). Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu tim yang relevan dari kementerian telah hadir untuk mempersiapkan bus bagi wisatawan.

Menurut pernyataan tersebut, sejak saat itu, Otoritas Umum PA untuk Crossings and Borders bertanggung jawab memfasilitasi perjalanan ke pihak Mesir.

Sementara itu juru bicara kementerian dalam negeri Gaza, Iyad al Buzom mengatakan pembukaan kembali jalur perbatasan Rafah menandai dimulainya fase baru penyeberangan Rafa. Ia berharap persimpangan Rafah tetap terbuka secara permanen dalam jangka panjang untuk mengakhiri penderitaan orang-orang di Gaza.

Setelah satu dekade berselisih, kesepakatan bulan lalu antara PA dan Hamas memberi harapan kepada orang-orang Palestina di Jalur yang terisolasi tersebut. Akibat blokade, tiga serangan Israel, dan tindakan penghukuman dari PA yang bertujuan memaksa Hamas untuk menyerahkan kontrol jalur Gaza telah memperburuk situasi kemanusiaan dan ekonomi di jalur Gaza.

Jalur Gaza adalah salah satu daerah terpadat di dunia. Wilayah ini telah digambarkan sebagai "penjara terbuka terbesar di dunia". Menurut Bank Dunia, sekitar 42 persen warga Palestina di Gaza menderita kemiskinan, tingkat pengangguran kaum muda mencapai 58 persen dan sekitar 80 persen mengandalkan bantuan internasional, terutama untuk makanan.

Nadia Abu Shaaban, seorang pelajar berusia 24 tahun yang tinggal di kota Gaza, mengatakan dia tidak berharap bahwa pembukaan persimpangan akan mengubah situasi di lapangan. "Saya ingin pergi dan melanjutkan studi saya di luar, tapi kita sudah melewati ini berkali-kali - di mana segala sesuatunya tetap seburuk itu. Tidak ada harapan," katanya.

Meskipun para pemimpin Palestina berjanji bahwa kesepakatan rekonsiliasi akan meringankan kondisi sulit di Gaza, namun dampak rekonsiliasi tersebut masih belum terlihat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement