Kamis 23 Nov 2017 05:30 WIB

Menteri LHK Berkomitmen Cegah Banjir Bandang Garut Terulang

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana kondisi hulu sungai Cikamiri yang rusak akibat hujan deras di Pasirwangi, Kabupaten Garut. Salah satu pemicu banjir bandang di Kabupaten Garut dikarenakan area hulu sungai Cikamiri rusak terkena longsor sertt alih fungsi lahan konservasi menjadi pe
Foto: Mahmud Muhyidin
Suasana kondisi hulu sungai Cikamiri yang rusak akibat hujan deras di Pasirwangi, Kabupaten Garut. Salah satu pemicu banjir bandang di Kabupaten Garut dikarenakan area hulu sungai Cikamiri rusak terkena longsor sertt alih fungsi lahan konservasi menjadi pe

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya berupaya mencegah banjir bandang Garut pada akhir tahun lalu kembali terulang. Salah satu upayanya melalui peresmian program Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RHL) di hulu Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (22/11).

Ia menjelaskan RHL menjadi salah satu kebijakan untuk menjawab degradasi lingkungan yang dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor. "Rehabilitasi ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan hutan dan mencegah terjadinya erosi serta banjir bandang seperti yang pernah terjadi pada 2016 lalu," katanya setelah peluncuran RHL Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk di Desa Padaawas, Kecamatan Pasirwangi.

Ia mengingatkan rehabilitasi hutan merupakan tanggungjawab bersama antara masyarakat, pemerintah dan para pegiat lingkungan. Dalam hal ini, ia merasa para pemangku kepentingan sektor lingkungan telah konsisten melakukan rehabilitasi lingkungan.

"Pascabencana (banjir Garut pada September 2016, Red) sangat khusus dapat perhatian Presiden dan Wapres untuk perintahkan pemerintah daerah menyelesaikannya (masalah banjir bandang)," ujarnya.

Ia mengimbau, seluruh pemangku kepentingan dari mulai Pemerintah Provinsi Jabar hingga pemerintah daerah untuk mengintensifkan penanaman pohon khususnya di lahan kritis dan daerah hulu sungai. Nantinya, pemulihan DAS lewat program RHL dilaksanakan dengan tiga pola. Pertama, penanaman pohon secara konvensional. Kedua penaburan benih melalui udara (aerial seeding) dan ketiga pembentukan hutan rakyat.

"Upaya lainnya adalah pembuatan bangunan Konservasi Tanah dan Air (KTA), melalui Dam Penahan, `Gully Plug`, dan sumur resapan," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement