Ahad 26 Nov 2017 12:12 WIB

Untuk Anak Zaman Now, Ridwan Kamil: Pintar Saja tidak Cukup

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nur Aini
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjawab pertanyaan wartawan pada acara Bandung menjawab di Balai Kota Bandung, Selasa (21/11).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjawab pertanyaan wartawan pada acara Bandung menjawab di Balai Kota Bandung, Selasa (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil menekankan agar generasi muda harus selalu bekerja keras untuk menggapai cita-cita. Karena, generasi millenial yang sering disebut anak zaman now ini sekarang hidup di tengah dunia yang semakin kompetitif, ekstrem, dan terkadang berbahaya.

Hal itu disampaikan Ridwan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Olahraga Indonesia (IMORI) di Aula Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, akhir pekan lalu.

Menurut Ridwan Kamil, generasi muda harus lebih cerdas dalam menghadapi tantangan global. Di tengah kencangnya arus informasi dan pesatnya perkembangan teknologi, generasi muda harus adaptif. Namun, ia menegaskan agar mereka tidak kehilangan jiwa kemanusiaan.

"Pintar saja tidak cukup kalau tidak memiliki soft skill. Lengkapi kecerdasan intelektual dengan kecerdasan sosial," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Fenomena hari ini, kata dia, tak jarang teknologi bisa mengikis nilai kemanusiaan. Orang lebih senang menunjukkan peristiwa darurat di media sosial terlebih dahulu ketimbang melakukan tindakan atau memberi pertolongan. "Teknologi bisa mendekatkan yang jauh, tapi jangan sampai menjauhkan yang dekat," katanya.

Maka, kata dia, kepedulian terhadap sesama harus terus diasah. Pemerintah Kota Bandung banyak menyediakan peluang-peluang sukarelawan agar warga bisa langsung turun tangan mengatasi permasalahan kota.

Menurutnya, ada kegiatan minggu Lansia setiap akhir pekan untuk mengurusi lansia-lansia yang kesepian. Pemerintah kota banyak menganggarkan biaya untuk proyek kebahagiaan, katanya.

Emil menilai, kecerdasan intelektual dan sosial juga penting untuk menjaga kondusivitas. Misalnya untuk membedakan berita asli atau berita palsu yang digunakan hanya untuk menebar kebencian. Bagi Emil, generasi muda yang cerdas adalah mereka yang tidak mudah terprovokasi.

"Kita harus melawan berita-berita hoaks itu karena terbukti bisa menimbulkan potensi konflik dan kebencian," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement