REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kirgistan termasuk dalam negara berpenduduk mayoritas Muslim. Islam di Kirgistan semakin berkembang dengan sangat pesat. Selain itu banyak juga pemikiran-pemikiran Islam yang dianggap “Radikal” mulai masuk dan meguasai Kirgistan.
Dr. Zarinam Turdieva yang meraih gelar PhD dari Universitas Slavia Rusia Kirgiz-Rusia di Kirgistan memperingatkan agar tidak secara otomatis menyamakan keyakinan Islam yang berkembang di Kirgistan dengan ekstremisme. Melainkan Islamofobia yang memiliki potensi lebih besar untuk menghasut radikalisasi yang oleh para politisi dan pengamat lainnya takut.
Islam telah memainkan peran yang penting di Kirgistan sejak kemerdekaan dengan lonjakan minat di antara populasi Kirgiz dalam beberapa tahun terakhir. Dengan demikian, peran historis dan kontemporer Islam dinilai lebih baik oleh banyak orang. Selain itu pembangunan masjid dan institusi Islam dan pusat-pusat keagamaan telah berkembang.
Menurut Komisi Negara Urusan Agama di bawah Presiden Republik Kirgiz (SCRA), saat ini ada 2.422 masjid (bandingkan dengan 39 pada tahun 1990) dan 81 sekolah Islam, serta 68 pusat, yayasan, dan asosiasi Muslim terdaftar di negara.
Namun pada saat yang sama, ada kekhawatiran beberapa warga Kirgistan yang semakin beralih ke Islam radikal atau militan, baik dengan bergabung dengan organisasi terlarang di dalam maupun di luar negeri seperti Negara Islam (IS) di Suriah.
Konsep Keamanan Nasional Kirgistan 2012 menyatakan bahwa 'ekstremisme religius dan terorisme internasional saat ini merupakan ancaman besar bagi Republik Kirgiz. Organisasi ekstremis dan teroris religius [menjadi] struktur kriminal internasional yang kuat dengan jaringan luas orang-orang yang berpikiran sama termasuk di Kirgistan.
Sampai saat ini terdapat sembilan belas organisasi keagamaan dan gerakan saat ini dilarang di Kirgistan. Dengan mayoritas hampir dua ribu orang terdaftar sebagai "pandangan ekstremis" milik Hizbut Tahrir, yang mengklaim dirinya sebagai organisasi tanpa kekerasan; Organisasi terlarang lainnya termasuk Al-Qaeda, Gerakan Islam Turkistan Timur, dan Gerakan Islam Uzbekistan.
Menurut statistik terbaru Kementerian Dalam Negeri Kirgistan, selama periode delapan bulan pada tahun 2015 ada 264 "tindakan" ekstremisme, 231 orang ditangkap, dan lebih dari 7.000 salinan materi "ekstremis" ditangkap. Selanjutnya, menurut data kementerian dalam negeri dari Mei 2015, lebih dari 352 warga Kirgistan diduga berperang di Suriah, di antaranya 30 orang terbunuh.