Jumat 01 Dec 2017 09:36 WIB

Inilah Penyebab Kemacetan Lalu Lintas di Kota Besar

Rep: mg02/ Red: Hiru Muhammad
Kemacetan terjadi di ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek di Wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/11).
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Kemacetan terjadi di ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek di Wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arus urbanisasi yang cepat telah mendorong berkembangnya pusat kota besar di kawasan Asia Pasifik. Akibatnya perkembangan skala besar ini telah memenuhi pemandangan pusat kota dengan menjamurnya bangunan raksasa dengan skala besar.

Skala manusia mulai dilupakan di tengah hutan beton. Perlu solusi tepat mengenai arsitektur yang sensitif untuk menjembatani perbedaan skala dan mengembalikan dimensi manusia dalam kehidupan perkotaan. Alwi Sjaaf, Senior Advisor dari sekolah disain Universitas Pelita Harapan (UPH) mengatakan, kondisi itu akibat kebijakan pembangunan yang tidak seimbang karena lebih menitikberatkan untuk mempermudah penggunaan alat transportasi. Tetapi di sisi lain, melupakan pembangunan dimensi manusianya.

Apabila diperhatikan, pembangunan jalan di kota terlihat besar seperti di jalan Thamrin dan Sudirman yang kemudian diikuti  kota besar lainnya. Namun,  pembangunan itu lebih memprioritaskan bagi mobil. "Jadi di mana untuk manusianya,” kata Alwi Sjaaf di sela Seminar bertajuk Transforming Lives Human & Cities bertajuk Human Scale versus Urban Scale, Kamis (30/11).

Seminar yang diselenggarakan UPH, Kedutaan Besar Italia, UI  dan ITB  ini diharapkan menjadi cikal bakal bagi pusat riset berbagi ilmu dan informasi antara akademi, praktisi dan masyarakat yang berminat dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan layak huni. 

Menurut Alwi, kebijakan membangun jalan yang besar memang bagus. Hanya saja jangan sampai melupakan pembangunan yang memprioritaskan manusia. Kalau diperhatikan lebih seksama, jalanan besar di tengah kota bukan solusi mengatasi kemacetan.

Bagi pejalan kaki saja sangat sulit untuk menyeberangi jalan besar. Yang leluasa berlalulalang hanya kendaraan bermotor. Ketidakseimbangan dalam pembangunan seperti inilah yang kemudian mengakibatkan kemacetan tak berkesudahan di kota-kota besar. “Bukan bermaksud menggurui, tetapi kita harus belajar dari kesalahan,” katanya.

Profesor Arsitektur Universitas Indonesia (UI) Gunawan Tjahyono mengatakan, kemajuan teknologi di segala segi memiliki sisi positif dan negatif. Khusus untuk kemajuan teknologi di bidang pembangunan, ketika belum semaju sekarang, kehidupan tampak lebih baik.

Begitu muncul kendaraan mekanik, sudah muncul bahaya, begitu muncul mobil, lebih bahaya lagi. "Mau letakan manusia di mana, para pengguna mekanik harus lebih mengalah, itu yang disebut dengan pesan moral kebijakan,” katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement