REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK -- Sebanyak 10 rumah warga Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, roboh akibat diterjang banjir rob karena naiknya permukaan air laut yang disertai gelombang, Jumat (12/1).
Menurut Kepala Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Zamroni, robohnya 10 rumah milik warganya setelah terjadi banjir rob yang diperkirakan terjadi pada Jumat (12/1) pukul 04.00 WIB. Arus air banjir rob tersebut, lanjut dia, cukup deras, sehingga mengakibatkan rumah warganya itu roboh.
Pemilik rumah, kata dia, untuk sementara mengungsi di Balai Desa Sriwulan, sambil menunggu banjir rob surut. Warga yang mengungsi sementara, kata dia, ada pula karena rumahnya terendam banjir rob, sehingga harus mengungsi sementara. "Dimungkinkan, ada warga yang mengungsi di tempat keluarganya di luar desa," ujarnya di Demak, Jumat.
Menurut dia, banjir rob kali ini merupakan yang terparah, karena banjir rob sebelumnya tidak sampai mengakibatkan kerusakan rumah warga.
Ia berharap, ada perhatian dari pemerintah, karena banjir rob sudah berlangsung sejak belasan tahun yang lalu. "Kondisi saat ini, seharusnya tetmasuk darurat bencana, sehingga membutuhkan penanganan cepat," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, pembangunan tanggul menjadi sebuah keharusan agar warganya tidak dalam ancaman banjir rob. Jika masih harus menunggu penanganan menggunakan hibrid engeenering dan tanaman mangrove, kata dia, tidak efektif. "Upaya yang bisa ditempuh saat ini dengan membuat tanggul laut," ujarnya.
Abdul Basir, salah seorang warga yang mengungsi mengakui, sebelum banjir rob datang sudah ada pemberitahuan pada pukul 03.30 WIB.
Akan tetapi, lanjut dia, selang beberapa menit banjir rob sudah menerjang permukiman, sehingga dirinya bersama istri tidak sempat menyelamatkan harta bendanya. "Hampir semua barang elektronik di rumah ikut terendam banjir rob," ujarnya.
Pasalnya, kata dia, ketinggian genangan air di dalam rumah mencapai 1 meteran. Kondisi serupa juga dialami Sodiq yang mengakui bahwa rumahnya juga ikut terendam dengan ketinggian hampir satu meteran.
Padahal, lanjut dia, pondasi rumahnya sudah ditinggikan hingga satu meteran. "Saat ini, keluarganya pindah ke Mijen karena rumahnya di Desa Sriwulan sering dilanda banjir rob, meskipun cuaca sedang tidak hujan," ujarnya.