REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam satu hadis yang diriwayat kan Ibnu Umar RA disebutkan, pernah ada se orang Anshar meng hadap Rasulullah SAW. Orang itu bertanya, "Wahai Ra sulullah, mukmin manakah yang paling utama?" Beliau SAW menjawab, "Orang yang paling baik akhlaknya." Orang itu bertanya lagi, "Mukmin manakah yang paling cerdas?" Nabi SAW lalu menjawab, "Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas." (HR Ibnu Majah dengan derajat hasan).
Hadis di atas dengan jelas menyatakan bahwa mukmin yang paling utama adalah yang paling baik akhlaknya. Ustaz Khalid Basalamah menuturkan, ada beragam definisi tentang akhlak yang dijelaskan oleh para ulama. Salah satu di antara definisi itu adalah 'tidak membalas keburukan yang orang lain lakukan kepada kita dengan keburukan pula'.
Pengertian akhlak tersebut sejalan dengan firman Allah SWT, "Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tibatiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan se olah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS Fussilat [41]: 34).
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kata Ustaz Khalid, sudah pasti ada saja orang-orang yang tidak senang dengan kita. Mereka kadang suka mempergunjingkan atau mengumbar aib kita di hadapan masyarakat. Tak ha nya itu, mereka bahkan tega ber buat zalim terhadap diri kita, se hingga menyebabkan kita kesulitan dalam menyelesaikan berbagai urusan.
"Menghadapi orang-orang se perti itu, kita tidak perlu memba las keburukan mereka dengan ke burukan pula. Tidak usah membalas ghibah dengan ghibah. Ja ngan juga membalas fitnah de ngan fitnah. Karena tidak ada dosa yang tidak akan dihukum dan tidak ada pahala yang tidak akan diganjar oleh Allah SWT," ujar Ustaz Khalid saat mengisi kajian Islam di Masjid Jenderal Sudirman WTC Setiabudi, Jakar ta Selatan, pekan lalu.