REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Walau telah terjadi serangkaian bencana alam, puncak musim hujan memang belum terjadi. Karenanya, masyarakat Kabupaten Sleman diminta tetap siaga, mengingat musim hujan memang baru dimulai.
Bupati Sleman, Sri Purnomo, sempat melakukan tinjauan langsung ke titik-titik terdampak yang diakbiatkan cuaca ekstrim beberapa hari terakhir. Termasuk, di Dusun Klaci, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.
Lokasi yang memiliki bahu jalan sepanjang lebih dari 10 meter itu sendiri, mengalami longsor akibat terkena luapan air sungai. Ia mengatakan, pihaknya terus mengumpulkan data-data jumlah kerugian akibat cuaca buruk tersebut.
Ia mengungkapkan, Pemkab Sleman telah mempersiapkan bantuan untuk masyarakat terdampak bencana dan memperbaiki fasilitas umum yang rusak. Namun, jumlah kerugian dan terdampak memang terus diperbarui mengingat data terus bertambah.
Sri berharap, bencana sudah tidak terjadi lagi, seiring siklon tropis cempaka yang ditanyatakan sudah menjauhi Indonesia. Namun, ia tetap mengimbau, agar masyarakat tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaannya menghadapi cuaca ekstrim. "Masyaarakat tetap diimbau kehati-hatiannya, khususnya masyarakat yang ada di lereng-lereng," kata Sri, Jum'at (1/12).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto menekankan, masyarakat harus tetap waspada walau siklon tropis cempaka telah berlalu. Menurut Joko, musim hujan cuaca ekstrim amsih akan terjadi beberapa bulan ke depan.
Sampai saat ini, Kecamatan Prambanan merupakan titik terparah terdampak di Kabupaten Sleman. BPBD Kabupaten Sleman telah mengerahkan lebih dari 200 personil untuk melakukan evakuasi masyarakat yang ada di Kecamatan Prambanan.
"Tetap kita imbau untuk siaga, puncaknya musim hujan ini sampai sekitar Februari, jadi sampai bulan Februari diperkirakan masih akan terjadi hujan lebat disertai angin kencang," ujar Joko.