Sabtu 02 Dec 2017 19:28 WIB

BMKG Minta Warga Yogyakarta Waspada Banjir dan Tanah Longsor

Petugas menggunakan alat berat guna membersihkan material lonsor yang menutup akses jalan di kawasan di Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Kamis (30/11).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas menggunakan alat berat guna membersihkan material lonsor yang menutup akses jalan di kawasan di Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Kamis (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengimbau masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta mewaspadai potensi bencana banjir dan tanah longsor karena puncak musim hujan baru akan terjadi pada Januari-Februari. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan berdasarkan prakiraan cuaca bulan ini dan bulan depan, hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi.

"Beberapa hari lalu, kami memberikan peringatan dini kepada sejumlah wilayah, karena pada 25-26 November, kami menemukan adanya bibit-bibit siklon yang ada di Samudera Hindia, yang berdampak di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali adanya hujan ekstrem yang menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Hal ini sudah terjadi," kata Dwikorita saat mendampingi Gubernur DIY meninjau lokasi bencana banjir di Kabupaten Kulon Progo, Sabtu (2/12).

Ia meminta maaf kepada masyarakat, kondisi satu minggu terakhir bukan merupakan puncak musim hujan, karena berdasarkan data satelit dan radar BMKG yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya BMKG Yogyakarta, puncak musim hujan baru akan terjadi pada Januari-Februari.

"Kami mohon peringatan dini ini menjadikan kesiapsiagaan warga menghadapi berbagai potensi yang akan terjadi," imbau Dwikorita.

Mantan Rektor UGM Yogyakarta ini mengatakan hal yang terpenting menghadapi potensi kondisi seperti prakiraan hanyalah kesiapsiagaan semua pihak, baik masyarakat, pemkab, pemda dan petugas di lapangan.

"Yang penting jangan panik, yang penting siap siaga untuk persoalan banjir, longsor dan angin ribut. Di Samudera Hindia, gelombang tinggi bisa mencapai empat hingga enam meter," katanya.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengharapkan masyarakat untuk selalu sigap saat menghadapi potensi ancaman bencana. Ia mencontohkan masyarakat di kawasan lereng Merapi, Sleman selalu siap siaga. Gunung Merapi, setiap empat tahun sekali pasti meletus. Masyarakat sudah siap bila terjadi letusan.

"Mereka menyimpan surat berharga, perhiasan dan sertifikat tanah satu tempat yang mudah dijangkau, sehingga sewaktu-waktu gunung Merapi meletus, langsung lari. Mungkin ini bisa ditiru warga Kulon Progo," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement