REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Keluarga mantan perdana menteri Mesir Ahmed Shafik mengatakan pada Ahad (3/12) kehilangan kontak dengannya sejak mereka mengatakan ia dideportasi dari Uni Emirat Arab (UEA) ke Kairo.
Laporan tersebut terjadi beberapa hari setelah Shafik mengumumkan niatnya mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun depan.
Shafik, mantan kepala staf angkatan udara dan menteri, telah dipandang oleh para pengeritik Presiden Abdel Fattah al-Sisi sebagai penantang potensial bagi mantan panglima militer itu yang diperkirakan akan mencalonkan diri untuk perode kedua tahun depan.
Para pendukung melihat Sisi, yang bersekutu dengan UEA dan Arab Saudi, sebagai kunci bagi stabilitas Mesir. Tapi pengeritik mengatakan ia telah memenjarakan ratusan pembangkang dan mengekang kebebasan yang diperoleh setelah pergolakan 2011 yang menggulingkan bekas pemimpin Husni Mubarak.
Rincian mengenai apa yang terjadi atas Shafik belum jelas pada Ahad. Ia membuat pengumumuan mengejutkan mengenai niatnya mencalonkan diri dalam pemilihan 2018 dari UEA, tempat ia tinggal sementara bersama dengan keluarganya, pada Rabu.
Keluarga Shafik mengatakan ia dibawa dari rumah mereka pada Sabtu dan diterbangkan dengan pesawat pribadi ke Kairo. Seorang saksi mata Reuters mengatakan otoritas Mesir mengawalnya dalam sebuah konvoi dari bandara.
"Kami tak tahu apa-apa mengenai dia sejak ia meninggalkan rumah kemarin. Jika ia dideportasi ia semestinya sudah bisa pulang sekarang, bukan tak diketahui dimana keberadaannya. Kami pikir dia diculik," kata putri Shafik, May, kepada Reuters.
Keluarga dan pengacara mengatakan mereka berencana mengajukan keluhan ke kantor penuntut umum mengenai keberadaan Shafik.
"Saya menyerukan penguasa Mesir... mengizinkanku bertemu dia untuk mengeceknya dan mengonfirmasi ketibaannya di Mesir," kata pengacara Dina Adly Hussein dalam sebuah pernyataan di halaman Facebooknya.
Penguasa UEA membenarkan ia meninggalkan Keamiran itu tanpa memberikan rincian mengapa. Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan pihaknya tidak bertanggung jawab atas kasus tersebut.
Sebuah sumber resmi di Kementerian Dalam Negeri Mesir berkata,"Kami tidak tahu apa-apa tentang Shafik. Kami tidak menangkapnya dan kami tidak menerima permintaan dari kejaksaan untuk menangkap dia atau membawa dia pulang."