Selasa 05 Dec 2017 19:02 WIB

'Pahami Falsafah Bangsa Agar tak Mudah Diadu Domba'

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta KH. Syafii Mufid, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin, Anggota Komisioner Bawaslu Pemprov DKI Jakarta Muhammad Jufri, dan Pengamat Politik Lima (Lingkar Madani),
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta KH. Syafii Mufid, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin, Anggota Komisioner Bawaslu Pemprov DKI Jakarta Muhammad Jufri, dan Pengamat Politik Lima (Lingkar Madani),

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa untuk menjadi bangsa yang besar dan kuat diperlukan pemahaman, penghayatan tentang hakekat bangsa Indonesia dengan falsafah dan budaya yang dimilikinya. Itu penting agar bangsa yang besar ini selalu bisa bersatu dan tidak mudah diadu domba.

Direktur Indonesia Institute for Society Empowerment, Prof Dr Ahmad Syafii Mufid, mengatakan sebagai bangsa Indonesia memiliki warisan besar berupa Pancasila sebagai pandangan dan filsafat hidup bangsa Indonesia Indonesiaa.

“Hayati dan amalkan nilai Pancasila sila demi sila. Selain itu juga harus menjiwai watak manusia Indonesia seperti kepercayaan dengan adanya Tuhan, kesadaran kekeluargaan, musyawarah mufakat, gotong royong, dan tepo seliro. Karena itu, diakui nilai dasar ini telah mencerminkan jiwa dan kepribadian bangsa sepanjang sejarah bangsa Indonesia demi terciptanya persatuan antar seluruh umat manusia agar tidak mudah dipecah belah,” ujar Ahmad Syafii Mufid

Ketua Komisi Litbang Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menambahkan Republik Indonesia ini adalah negara yang dibangun oleh orang-orang yang mengerti tentang bangsanya, agama yang dianut serta kekuatan dan kelemahannya. Untuk itu disepakatilah dasar negara, filosofi negara sampai dengan simbol-simbol negara yang sesuai dengan keyakinan agama yang dianut masyarakat Indonesia

“Dengan landasan dasar yang sangat religius, nasionalis dan juga sekaligus mempertimbangkan kearifan lokal, itu menjadi garansi buat bangsa Indonesia untuk melawan berbagai ancaman, baik itu disintegrasi, radikalisme, dan bahaya narkoba. Artinya apa yang dipikirkan para pendiri bangsa ini layak untuk menjadi formula membangun masyarakat dunia yang damai, yang adil dan berkeadaban,” tuturnya.

Sayang, lanjut peneliti senior di Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama (Kemenag) ini, tidak semua masyarakat Indonesia mengerti sejarah bangsa maupun latar belakang pemikiran dari para pendiri bangsa Indonesia ini. Hal itulah yang membuat paham-paham negatif bisa masuk menyebar di tengah masyarakat kita.

“Apalagi bila ada persoalan yang menyangkut kesejahteraan dan keadilan, maka makin gampanglah masyarakat kita tersulut dan malah mau menghancurkan ‘rumah’ bangsa besar dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Ini persoalan yang selalu muncul setiap ada masalah di negeri ini,” tuturnya.

Oleh karena itu dalam berbagai macam kesempatan dirinya berpesan agar semua yang mengerti sejarah pendirian bangsa ini untuk selalu mengingatkan kepada tokoh-tokoh, pemimpin atau pejabat-pejabat di negeri ini mengenai asal-usul bangsa ini

“Karena kalau sampai tidak diingatkan lalu membuat masyarakat terpecah maka Indonesia ini bisa tidak ada lagi seperti halnya kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya atau kerajaan lainnya yang mana dulunya besar kemudian hilang,” ucap Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta.

Menurutnya, bangsa Indonesia akan tidak ada lagi kalau orang Indonesianya sendiri telah meninggalkan Pancasila. “Kalau orang Indonesia ini sudah tidak ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dan orang  Indonesia tidak Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab lagi, ya akan hancurlah bangsa ini. Apalagi kalau kita tidak bersatu,” ujar Ahmad Syafii.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement