REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menjalin komunikasi via telepon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Selasa (5/12). Pada kesempatan tersebut, Putin menegaskan kepada Abbas bahwa negaranya siap membantu menyelesaikan perseteruan antara Palestina dan Israel.
Vladimir Putin meletakkan posisi prinsipil Rusia untuk mendukung dimulainya kembali segera pembicaraan langsung Israel dan Palestina terkait semua masalah yang disengketakan, termasuk status Yerusalem.
"Pembicaraan perlu dilakukan untuk mencapai solusi yang adil dan memenuhi kepentingan dua belah pihak," tulis layanan pers Kremlin dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Keduanya (Putin dan Abbas) juga mencatat pentingnya kesepakatan antara gerakan Fatah dan Hamas yang ditandatangani di Kairo, Mesir, Oktober lalu. Kesepakatan diarahkan untuk mengonsolidasikan persatuan intra-Palestina.
Pembicaraan antara Putin dan Abbas ini terjadi di tengah hangatnya rencana Amerika Serikat (AS) yang hendak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. AS pun berencana memindahkan kedutaan besarnya untuk Israeldari Tel Aviv ke kota yang disucikan umat Islam, Yahudi, dan Kristen tersebut.
Rencana ini mendapat penentangan dan kecaman dari berbagai negara, khususnya negara-negara Arab. Langkah AS ini dinilai akan menghancurkan upaya perundingan damai antara Palestian dan Israel serta memicu konflik didaerah tersebut.
Berdasarkan keterangan beberapa pejabat Gedung Putih,Presiden AS Donald Trump disebut akan mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagaiibu kota Israel pada Rabu (6/12).