REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sosok itu berjalan perlahan. Didampingi orang terpenting se-Indonesia, senyum khasnya tampak sumringah ketika berjalan di salah satu ruangan "rumah" yang pernah menjadi persinggahannya ketika menjadi sebagai Presiden RI ke-3.
Bacharuddin Jusuf Habibie, atau lebih akrab disapa BJ Habibie kembali menyambangi Istana Kepresidenan di Bogor, Jumat (8/12). Bukan dikhususkan untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kedatangan Habibie kali ini dimaksudkan untuk ikut serta membuka Silaturahmi Kerja Nasional (Silkanas) Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) 2017.
Habibie yang menggenakan batik lengan panjang berwarna coklat pun didapuk menjadi orang pertama yang memberikan sambutan. Namun, alih-alih bertutur tentang ICMI dan Silaknas-nya, Habibie justru membuka prakatanya tentang salah satu ideologi Indonesia, yaitu Pancasila.
"Di manakah Pancasila kini berada? Bagaimanakah peranan dan penerapan pada pembangunan Nasional? Pertanyaan ini penting dikemukakan, karena sejak Reformasi 1998, Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi," papar Habibie.
Ungkapan ini keluar dari Habibie, karena dia melihat bahwa makna Pancasila sekarang mulai pudar sebagai jati diri bangsa Indonesia. Pancasila yang dibubuhkan para proklamator 72 tahun silam telah melewati berbagai peradaban manusia yang terus berkembang dan tak pernah terhenti di titik terminal.