REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Pemimpin Israel menghadapi tekanan dari Eropa untuk memulai kembali proses perdamaian yang hampir mati di Timur Tengah. Tekanan tersebut datang menyusul kritik luas terhadap keputusan Amerika Serikat (AS) yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara Israel secara sepihak.
Menurut Kepala Diplomatik Blok (Uni Eropa) Federica Mogherini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan berada di Brussels untuk sarapan bersama menteri luar negeri Uni Eropa. Menteri luar negeri Uni Eropa akan mendesak Netanyahu melanjutkan negosiasi yang bermakna.
Sebagaimana dilaporkan Arab News pada Senin (11/12), perundingan tersebut terjadi setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu Netanyahu di Paris pada Ahad lalu. Macron meminta Netanyahu menghentikan pembangunan permukiman. Juga meminta Netanyahu kembali bersepakat dengan warga Palestina.
"Saya mendesak perdana menteri (Netanyahu) untuk menunjukkan keberanian dalam berurusan dengan Palestina agar membawa kita keluar dari jalan buntu saat ini," kata Macron setelah melakukan pembicaraan di Paris dengan pemimpin Israel tersebut.
Macron menegaskan, perdamaian tidak bergantung pada Amerika Serikat saja. Perdamaian tergantung pada kedua pemimpin Israel dan Palestina untuk melakukannya.