REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kabupaten Bantul adalah salah satu kabupaten di DI Yogyakarta yang cukup rawan bencana. Beberapa bencana yang berpotensi terjadi di kabupaten ini di antaranya adalah banjir, longsor, gempa dan tsunami. Oleh karena itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Bantul, Dwi Daryanto mendorong agar masyarakat memiliki sikap sigap bencana. "Sehingga masyarakat dapat bersiaga dalam menghadapi setiap potensi bencana yang terjadi," ujar Dwi, Selasa (19/12).
Ia pun menilai, kesiapan masyarakat adalah salah satu hal yang paling utama dalam menghadapi potensi bencana yang terdapat di Bantul. Meskipun, terdapat sarana pendukung seperti early warning system (EWS) yang dapat membantu masyarakat dalam mendeteksi potensi bencana.
Namun EWS hanyalah merupakan sarana. Kesiap-siagaan masyarakat tetap merupakan bagian paling substanstif," kata dia. Oleh karena itu, BPBD Bantul pun lebih fokus pada langkah pemberian edukasi kepada masyarakat agar lebih sigap bencana.
Beberapa edukasi itu di antaranya adalah terkait pembangunan rumah. BPBD Bantul mendorong masyarakat agar tidak membuat rumah dengan tekhnik dan lahan yang berpotensi terjadinya tanah longsor.
Selain itu, BPBD juga berharap agar masyarakat yang tinggal di zona merah atau zona rawan bencana mau untuk mengikuti program relokasi ke daerah yang lebih aman bencana alam. Hingga saat ini, Bantul sendiri telah memiliki 29 titik EWS pendeteksi gempa dan tsunami. Namun, di Bantul belum memiliki EWS pendeteksi rekahan tanah yang berpotensi terjadi tanah longsor.
"EWS tanah longsor belum dibutuhkan. Hal yang lebih utama adalah langkah-langkah preventif," ujarnya. Pertimbangan ini juga didasari karena bencana hidrometrologi seperti longsor dan banjir dapat diprediksi dengan mengamati tanda-tanda awal yang muncul dan kondisi cuaca yang terjadi.