REPUBLIKA.CO.ID,Syahdan, Rasulullah dikuntit seorang musyrik. Dia hendak membunuh para sahabat. Pada satu tempat, Rasulullah meminta singgah untuk istirahat sejenak. Dia pun mengamanahkan Ammar Ibnu Yasir untuk menjaga keamanan, sementara Ibad Ibnu Basyar melakukan shalat malam.
Penguntit tadi datang. Dia lantas men- garahkan panahnya kepada Ibad Ibn Basyar hingga mengenainya. Ibad men- cabut tiga anak panah yang menancap ditubuhnya. Namun, dia terus saja ruku'dan sujud. Kemudian, Rasulullah pun ter- bangun. Ketika mengetahui hal itu, sahabat muhajirin bertanya kepada Ibad.
Mengapa engkau tidak membangunkanku ketika pertama kali terkena panah? Ibad menjawab, Aku sedang shalat dengan membaca Surah al-Kahfi. Aku tidak ingin menghentikannya.
Umar bin Abdul Aziz, salah satu pen- guasa Muslim paling sukses di zamannya pun tak kendor shalat tahajudnya. Ke saksian tahajud Umar disampaikan istrinya, Fathi mah binti Abdul Malik, kepada Al Mughi rah ibn Hakim. Hai Mughirah, saya tahu bahwa kadang-kadang di antara manusia ada orang yang lebih rajin shalat dan puasa daripada Umar. Akan tetapi, saya tidak pernah melihat orang yang dekat kepada Tuhannya seperti kedekatan Umar. Setelah shalat Isya pada akhir waktu, dia merebahkan diri di atas tempat sujud. Dia ber doa dan menangis hingga ter- tidur. Kemudi an, dia bangun, lalu berdoa dan menangis hing ga tertidur. Demikian seterusnya hing ga Subuh. ( Al Zuhd karya Ibn Hanbal).
Umar bin Abdul Aziz punya mushala khusus di tengah rumahnya. Tidak seorang pun boleh memasukinya. Di sana, pada akhir malam dia mulai bermunajat hingga terbit fajar. Fathimah pun pernah dibuat sedih saat mendapati Umar sedang gundah usai membacakan sebuah ayat pada malam ketika dia shalat. Pada hari itu, manusia seperti anai-anai bertebaran dan gunung- gunung seperti bulu yang dihambur-ham- burkan. Sang Amirul Mukminin pun men- jerit. Oh betapa buruknya keadaanku pada Subuh ini. Kemudian, dia duduk dan merebahkan diri. Dia mulai bersikap dingin kepada istrinya.
Dia pun melanjutkan perkataannya. Celaka aku! Bagaimana aku pada hari manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung seperti bulu-bulu yang dihamburkan. Dia pun jatuh seperti mayat hingga terdengar suara azan Subuh.
Fathimah, istrinya, kerap berderai air mata saat mengingat kejadian itu. Bagaimana pula tahajudnya Imam Syafii? Imam Syafii membagi malam menjadi tiga. Bagian pertama untuk menulis, kedua untuk shalat, ketiga untuk tidur.
Husain Al Karabisi bercerita mengenai tahajudnya Imam Syafii. Ketika itu, dia melewati malam bersama imam kelahiran Gaza, Palestina itu. Sang imam membaca Alquran tidak lebih dari lima puluh ayat.
Jika ingin membaca lebih banyak, dia mem baca seratus ayat. Setiap kali membaca tentang rahmat, dia memohon kepada Allah SWT untuk dirinya dan kaum muk- minin. Setiap kali dia membaca ayat siksa, dia memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk dirinya dan kaum mukminin. Seakan-akan dia menggabungkan harap dan takut sekaligus.
Zu'abah merupakan salah seorang istri tabiin yang saleh. Pada malam hari, suaminya Rayah ibn Amr al Qaisi berpura-pura ti dur. Pada seperempat malam perta ma, istrinya bangun dan berkata, Hai Rayah, bangunlah! Rayah menjawab.Ya aku akan bangun. Akan tetapi, dia tidak beranjak dari tempatnya. Pada seperempat malam kedua, istrinya kembali bangun dan berkata. Hai Rayah, bangunlah! Rayah kem bali menjawab, Ya, aku akan bangun.
Pada seperempat malam ketiga, dia berkata,Hai Rayah bangunlah! Rayah menjawab, Ya aku akan bangun. Pada se perempat malam terakhir, dia berkata,Hai Rayah, pasukan telah berangkat orang-orang yang berbuat kebajikan telah mendapat kemenangan. Andaikan aku tahu bahwa engkau hanya berpura-pura kepadaku! Rayah pun berubah. Di malam-malam yang lain, Zu'abah selalu berdandan. Jika suaminya berhajat kepadanya, dia melayaninya. Setelah itu, mereka berdua asyik beribadah kepada Allah.