Senin 25 Dec 2017 04:11 WIB

Sertakan ‘Insya Allah’ di Setiap Janjimu

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Kepala PPIH Daker Makkah, Nasrullah Jasam (kanan) dan Kepala Muassasah al-Muthawif Asia Tenggara, Jousif A Jaha, usai rapat koordinasi terkait persiapan haji di Makkah. Muassasah berjanji memberikan layanan prima dan terbaik untuk jamaah haji Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Republika/Nasih Nasrullah
Kepala PPIH Daker Makkah, Nasrullah Jasam (kanan) dan Kepala Muassasah al-Muthawif Asia Tenggara, Jousif A Jaha, usai rapat koordinasi terkait persiapan haji di Makkah. Muassasah berjanji memberikan layanan prima dan terbaik untuk jamaah haji Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu ciri orang munafik ketika berjanji, maka dia akan mengingkarinya dimana Allah SWT sangat membenci hal itu. Maka, seorang Muslim diharuskan menyertakan kata ‘Insya Allah’ (bila Allah mengehendaki) di setap janjinya, sebab tidak ada yang tahu apakah janji tersebut akan terlaksana atau tidak, kecuali atas kehendak-Nya. Mengenai hal tersebut terdapat kisah Rasulullah SAW yang ditegur oleh Allah SWT atas kekhilafan Beliau dalam berjanji.

Dikisahkan dari buku yang berjudul ‘The Great of Two Umars’ karya Fuad Abdurrahman bahwa terpikir dalam benak orang-orang Quraisy untuk meminta pendapat orang-orang Yahudi Yatsrib soal Rasulullah SAW. Orang Quraisy pun kemudian mengutus dua orang ke sana, dan menceritakan perihal Rasulullah dan para pengikutnya.

“Beri Muhammad tiga pertanyaan ini. Jika ia mampu menjawabnya, berarti ia memang seorang rasul. Jika tidak mampu, dia boleh diperangi. Kalian boleh melakukan apa pun terhadapnya,” kata Yahudi itu.

Orang-orang Quraisy kembali ke Makkah dan segera menemui Rasulullah SAW. Mereka berharap, Ia tidak mampu menjawab tiga pertanyaan yang diajarkan orang-orang Yahudi Yatsrib, atau paling tidak berbelit-belit.

“Muhammad! Kami bertanya tiga hal kepadamu,” kata salah seorang dari mereka. “Pertama, tentang sekelompok pemuda yang pergi pada masa awal. Mereka memiliki kisah menakjubkan. Kedua, tentang seseorang yang berkeliling dunia. Dan, ketiga tentang ruh. Apakah yanng disebut ruh?”

Rasulullah terdiam seraya berpikir, “Besok aku akan menjawab pertanyaan kalian,” kata Rasulullah, berjanji. Saat itu, Beliau luput dengan tak menyertakan ‘insya Allah’ pada janjinya itu. orang-orang Quraisy pulang dengan memegang janji Rasulullah, mereka menunggu sampai esok tiba.

Rasulullah berharap, malamnya akan turun wahyu yang menjawab pertanyaan-pertanyaan orang-orang Quraisy itu. Namun, sampai waktu yang dijanjikan tiba, wahyu tak kunjung turun, begitu juga pada hari-hari berikutnya. Hal itu dimanfaatkan orang-orang Quraisy untuk menyudutkan Rasulullah.

Sampai kemudian pada hari kelima belas dari hari yang dijanjikan, wahyu baru turun. Allah menurunkan jawaban kepada Rasulullah tentang sekelompok pemuda (ash-habu al-Kahf), Dzul Qarnain, dan ruh.

Tak hanya itu, Allah juga menurunkan wahyu peringatan untuk Rasulullah, “Jangan sekali-kali kaukatakan janji, ‘Aku akan melakukan ini besok.’ Tapi, katakanlah, ‘Aku akan melakukannya besok, jika Allah menghendaki. Ingatlah Tuhanmu jika kaulupa. Lalu, katakan, “Semoga Tuhan memberikan petunjuk agar aku lebih dekat kepada kebenaran.” (al-Kahf: 23-24).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement