REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rasulullah SAW sudah mengenal baik Ja'far bin Abu Thalib sejak masih kanak-kanak. Di kalangan kaum Quraisy, Abu Thalib merupakan pria yang terhormat, tetapi sempat mengalami kekurangan ekonomi. Sebab, Abu Thalib memiliki tanggungan anak yang cukup banyak.
Saat belum menjadi seorang nabi, Muhammad SAW menawarkan bantuan kepadanya. Selain Muhammad, Abbas bin `Abdul Muthalib juga melakukan hal yang sama. Adapun Muhammad mengasuh Ali, sedangkan Abbas memilih Ja'far bin Abu Thalib. Pola pengasuhan itu sudah melalui keputusan bersama keluarga besar Bani Hasyim (kakek buyut Rasulullah).
Belakangan, Ali tumbuh menjadi pemuda yang sangat cerdas dan dekat dengan Rasulullah. Ali juga merupakan orang yang mula-mula memeluk Islam. Di sisi lain, kenangan Rasulullah terhadap Ja'far bin Abu Thalib tetap melekat.
Sebagai informasi, paras wajah Ja'far sesungguhnya cukup mirip dengan Nabi Muhammad semasa muda. Sebuah riwayat menyebutkan, di lingkungan keluarga terdekat, setidaknya ada lima sosok yang wajahnya menyerupai Rasulullah.
Mereka adalah Hasan bin Ali (cucu Rasulullah), Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthalib, Qutsam bin Abbas bin Abdul Muthalib, Said bin `Ubaid bin Abdi Yazid bin Hisyam (kelak kakek Imam Syafi'i), dan Ja'far bin Abu Thalib.
Sama dengan Ali bin Abi Thalib, Ja'far termasuk orang yang pertama masuk Islam di masa dakwah sembunyi-sembunyi Rasulullah. Ja'far bin Abu Thalib dan istrinya, Asma' binti Umais, menyatakan keislaman mereka di hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Rasulullah.
Hal itu sebelum Rasulullah menjadikan kediaman Arqam sebagai markas dakwah Islam. Saat Rasulullah beralih metode menjadi dakwah terang-terangan, kaum Muslim di Makkahkian bertambah. Namun, mereka mesti bersabar karena dibayang- bayangi intimidasi dan penyiksaan oleh kaum musyrik Quraisy. Bahkan, Ja'far bin Abu Thalib dan istrinya tidak luput menjadi sasaran.
Penyiksaan yang kian menghebat membuat Rasulullah mengizinkan sejumlah orang Islam Makkah hijrah ke Habasyah.