Rabu 10 Jan 2018 10:27 WIB

Presiden Korsel Rencanakan Dialog dengan Kim Jong-un

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon (kiri) berjabat tangan dengan Kepala Delegasi Korea Utara Ri Son Gwon usai pertemuan di Desa Panmunjom di Zona Demiliterisasi di Paju, Korsel, Selasa (9/1).
Foto: Korea Pool via AP
Menteri Unifikasi Korea Selatan Cho Myoung-gyon (kiri) berjabat tangan dengan Kepala Delegasi Korea Utara Ri Son Gwon usai pertemuan di Desa Panmunjom di Zona Demiliterisasi di Paju, Korsel, Selasa (9/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-In berjanji  mengajak lebih banyak lagi dialog dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un untuk menyelesaikan kebuntuan program nuklir. Rencana itu menyusul perundingan kedua negara mengenai Olimpiade Musim Dingin di Korsel yang berjalan sukses.

Dalam konferensi pers tahun baru, Moon menyampaikan dia bersedia memenuhi ajakan dialog dari Kim. Dia menegaskan denuklirisasi di Semenanjung Korea adalah tujuan yang tidak dapat ditinggalkan.

"Denuklirisasi Semenanjung Korea yang disepakati bersama kedua Korea (di masa lalu) adalah sikap dasar kita yang tidak akan pernah menyerah," kata Moon pada Rabu (10/1) pagi waktu setempat, dilaporkan Independent.

Hal ini diperkirakan dapat membuka jalan untuk bentrokan jika kedua pihak bertemu membahas ketegangan yang kian meningkat. Kemarin, Korut setuju untuk mengirim atlet ke Pyeongchang untuk bermain di Olimpiade Musim Dingin bulan depan.

Keputusan tersebut memberi harapan sebuah kesepakatan yang dapat dicapai untuk mengurangi ketegangan yang membuat banyak pihak khawatir akan terjadinya potensi konflik dengan senjata nuklir, di mana Amerika Serikat (AS) akan terlibat di dalamnya. Moon juga menegaskan dia tidak ingin ada penyatuan kembali kedua Korea tersebut, yang secara teknis masih dalam masa perang setelah Perang 1950-1953.

Selatan dan Utara itu sepakat melakukan perundingan formal pertama mereka untuk menyelesaikan semua masalah dengan berdialog dan menghidupkan kembali perundingan militer untuk mencegah konflik yang tidak disengaja. Sudah dua tahun ini keduanya tidak berdialog karena adanya konflik ketegangan. Ketegangan meningkat di Semenanjung Korea karena program rudal dan nuklir Korut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement