Rabu 17 Jan 2018 09:36 WIB

AS Minta Dunia tak Tertipu Perbaikan Hubungan Korut-Korsel

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson.
Foto: EPA
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson.

REPUBLIKA.CO.ID, VANCOUVER -- Amerika Serikat (AS) mengatakan dunia masih perlu meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara (Korut) untuk memaksanya meninggalkan program senjata nuklir. Dunia tidak boleh tertipu oleh serangan ofensif Pyongyang yang telah berusaha memperbaiki hubungan dengan Korea Selatan (Korsel).

"Kita harus terus meningkatkan tekanan terhadap rezim tersebut sampai pada titik Korut datang ke meja perundingan yang dapat dipercaya," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson, dalam sebuah pertemuan di Vancouver, Kanada, Selasa (16/1).

 

Tillerson menegaskan, Korut tidak boleh diizinkan mengendalikan penyelesaian masalah ini dengan caranya sendiri. Ia juga mengulangi penolakan Washington terhadap permintaan Cina dan Rusia agar AS dan Korsel membekukan latihan militer sehingga Korut juga akan membekukan program senjatanya.

 

Menurutnya, negara-negara yang mendukung Korsel selama Perang Korea 1950-1953, harus mendukung upaya AS untuk terus memberikan tekanan terhadap Pyongyang. Dia kemudian mendesak Cina dan Rusia sepenuhnya menerapkan sanksi PBB.

 

Cina dan Rusia, yang mendukung Korut dalam Perang Korea mengecam pertemuan yang diselenggarakan di Vancouver ini. Meski mereka telah menyetujui sanksi PBB untuk Pyongyang, mereka dituduh banyak melanggar sanksi-sanksi tersebut.

 

"Kami tidak bisa membiarkan adanya penyimpangan atau pelanggaran sanksi. Kami akan terus meninjau dan menemukan entitas atau individu yang terlibat dalam tindakan semacam itu," ungkap Tillerson.

 

Menlu Jepang Taro Kono menambahkan, dunia seharusnya tidak naif dengan serangan ofensif Korut dalam melakukan pembicaraan dengan Korsel menjelang Olimpiade Musim Dingin bulan depan di Pyeongchang.

 

"Ini bukan saatnya untuk mengurangi tekanan, atau memberi penghargaan kepada Korut. Fakta Korut terlibat dalam dialog dapat diartikan sebagai bukti sanksi tersebut sedang berjalan," ujar Kono.

 

Pada Selasa (16/1), media pemerintah Cina melaporkan, Presiden Cina Xi Jinping telah melakukan panggilan telepon dengan Presiden AS Donald Trump. Xi mengatakan persatuan dalam masalah Korut sangat penting dan penurunan ketegangan harus terus dilanjutkan.

 

Gedung Putih mengatakan Trump dan Xi sama-sama mengharapkan dimulainya kembali dialog antara Korut dan Korsel dapat mendorong perubahan dalam perilaku destruktif Pyongyang. Korut dan Korsel telah mengadakan perundingan formal untuk pertama kalinya dalam dua tahun untuk membahas mengenai Olimpiade Musim Dingin.

 

Menlu Korsel Kang Kyung-wha mengatakan dia berharap dialog akan berlanjut lebih jauh melampaui Olimpiade. Namun ia juga menekankan sanksi yang ada harus tetap diterapkan lebih ketat.

 

"Kedua alat ini, yaitu sanksi dan tawaran akan masa depan yang cerah, harus bekerja bergandengan tangan," kata Kang.

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement