REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump menuding Rusia telah membantu Korea Utara (Korut) untuk menghindari sanksi internasional. Tuduhan ini menunjukkan adanya perselisihan baru antara AS dan Rusia,
"Rusia sama sekali tidak membantu kami dalam menghadapi Korea Utara. Apa yang Cina lakukan untuk membantu, tidak dilakukan oleh Rusia," kata Trump dalam sebuah wawancara di Oval Office dengan Reuters, pada Rabu (17/1).
Cina dan Rusia sama-sama menandatangani sanksi terbaru Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk Korut tahun lalu. Namun belum ada komentar langsung dari Kedutaan Besar Rusia di Washington atas ucapan Trump ini.
Korut masih menjadi tantangan global utama yang dihadapi Trump tahun ini dan ia meragukan apakah perundingan dengan Kim Jong-un akan berguna. "Saya akan berunding, tapi saya tidak yakin perundingan akan memecahkan masalah," ujar Trump.
Dia menyalahkan tiga pendahulunya, Bill Clinton, George W. Bush, dan Barack Obama, karena gagal menyelesaikan krisis Korut. "Kurasa mereka semua sadar mereka harus menyerahkan masalah ini kepada seorang presiden yang mendapat nilai tertinggi dalam tes," ungkap Trump, menyinggung hasil tes kognitifnya yang dilaporkan cukup baik.
Dia menolak berkomentar saat ditanya apakah dia pernah melakukan komunikasi dengan Kim. Trump mengatakan, dia berharap kebuntuan dengan Pyongyang dapat diselesaikan dengan cara yang damai, tapi hal itu mungkin sulit dilakukan.
Saat ditanya apakah menurutnya AS membutuhkan lebih banyak sistem pertahanan rudal, dia menjawab, "Ya, iya sudah saya lakukan. Kami memesan lebih banyak sistem pertahanan rudal."
Trump kemudian memuji Cina atas upayanya untuk membatasi pasokan minyak dan batu bara ke Korut. Namun ia mengatakan Beijing masih dapat berbuat lebih banyak untuk membantu menekan Pyongyang.
Gedung Putih pekan lalu menyambut baik kabar bahwa impor ke Cina dari Korut jatuh pada Desember ke level terendah dalam dolar sejak awal 2014. Korut selama ini telah mengandalkan Beijing sebagai mitra ekonomi utamanya.