REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terdiri dari tujuh orang dokter spesialis sudah bergerak menuju ke lokasi di Kampung Pedam, Distrik Okbibab, Papua sejak Ahad (21/1) lalu. Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen M. Sabrar Fadhilah menyebutkan, medan untuk menuju Kampung Pedam, Distrik Okbibab, sangat sulit. Dari Distrik Okbibab menuju Kampung Pedam membutuhkan waktu satu hari dengan berjalan kaki.
"Medannya sangat sulit, jarak tempuh dari Oxibil ke Distrik Okbibab menggunakan Pesawat Pilatus sekitar 25 menit, sedangkan jarak tempuh dari Distrik Okbibab ke Kampung Pedam akan ditempuh selama sekitar satu hari jalan kaki," kata Sabrar melalui keterangan tertulisnya, Senin (20/1).
Tim Satuan Tugas (Satgas) Kesehatan TNI Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terdiri dari tujuh orang dokter spesialis sudah bergerak menuju ke lokasi di Kampung Pedam, Distrik Okbibab, Papua sejak Ahad (21/1) lalu.
Tujuh dokter spesialis itu terdiri dari dokter spesialis anak, penyakit dalam, penyakit kulit dan obsgyn. Mereka yang saat ini sedang melaksanakan pengobatan wabah penyakit campak, difteri dan gizi buruk di Kabupaten Asmat.
Sabrar juga menyampaikan, bencana wabah penyakit yang terjadi di Kabupaten Asmat, Papua, ternyata terjadi juga di wilayah-wilayah Kabupaten lainnya yang ada di ujung timur wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto telah memerintahkan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit untuk segera mengambil langkah penanggulangan.
"Langkah secepat mungkin melalui pengiriman Satgas Kesehatan TNI dalam rangka menyelamatkan dan memberikan bantuan kepada warga di Distrik Okbibab," ujar Sabrar.
Lebih lanjut, Sabrar menjelaskan, pada tanggal Sabtu (20 /1), tim pendahulu dari Korem 172/VWY berjumlah 12 orang juga telah berangkat menuju Diatrik Okbibab menggunakan Pesawat Pilatus. Mereka terdiri dari tiga anggota Koramil dipimpin oleh Sertu Leo Kantu, dua Dokter RSUD Kabupaten Pegunungan Bintang, empat perawat dan dua Ahli Gizi beserta Hubertus.
"Tim pendahulu sudah bergerak ke Distrik Okbibab, namun karena jarak, cuaca, medan dan juga signal yang sulit sehingga komunikasi tidak bisa lancar," ucapnya.