Senin 22 Jan 2018 18:19 WIB

Saksi Ini Bertemu Tiga Kali dengan Setnov

Charles pernah ditelepon Johannes Marliem pada 2010

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Bilal Ramadhan
Saksi Charles Eka Praja memberikan keteragan untuk Terdakwa kasus tindak pidanda korupsi KTP Elektronik Setya Novanto  di Pengadilan tindak pidana korupsi, Jakarta, Senin (22/1).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Saksi Charles Eka Praja memberikan keteragan untuk Terdakwa kasus tindak pidanda korupsi KTP Elektronik Setya Novanto di Pengadilan tindak pidana korupsi, Jakarta, Senin (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, kembali menggelar sidang kasus korupsi proyek pengadaan KTP-elektronik dengan terdakwa Setya Novanto. Agenda sidang pada Senin (22/1) adalah pemeriksaan saksi.

Sebanyak lima saksi dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Salah satunya adalah Direktur PT Sisco System Indonesia Charles Sutanto Ekapradja.

Dalam persidangan, Charles mengaku pada 2010, ia ditelepon Direktur Biomorf Lone LLC, Johannes Marliem terkait kerja sama HP dalam proyek pembuatan identitas berbasis elektronik di Indonesia. Saat itu, Charles bekerja sebagai Country Manager HP Enterprise Services.

Charles tidak langsung mengiyakan proyek dan melakukan pengecekan apakah benar ada kerja sama itu. Karena tidak ada kejelasan informasi, dia pun langsung menghubungi rekannya seorang pengusaha Made Oka Masagung yang ia kenal dari mertuanya.

"Saya telepon teman, saya pikir (Made Oka) punya info tersebut. Saya tanya beliau tahu enggak ada proyek ini. Kalau boleh dikenalin," tutur Charles di ruang sidang Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (22/1).

Selang sebulan kemudian, Made Oka pun mengajak Charles kenal denganmantan Ketua DPR RI di kediaman Novanto di Jalan Wijaya XIII Nomor 19, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Terungkap pula, Charles melakukan pertemuan dengan Novanto sebanyak tiga kali.

Pada saat bertemu Novanto, Charles mengaku belum mengerti mengapa dia dibawa ke rumah itu. Ketika sampai dan bertemu, dia hanya ditanya Novanto dari mana dan akhirnya dia menjelaskan bekerja di HP. "Apa yang anda bicarakan?," tanya Hakim Yanto.

"Saya ditanya dari mana punya keahlian apa apa. Beliau (Novanto) dan pak Oka pindah bicara ke ruangan lain. Saya enggak dengar. Setelah itu sudah saya diajak pulang. Saya sempat tanya itu siapa, ya dia bilang sudah ikutin saja prosesnya," jawabnya.

"Kenapa masih tanya dia (Novanto) siapa?," tanya Hakim Yanto.

"Saya tanya perannya dia apa," ucap Charles.

"Akhirnya tahu?," tanya Hakim Yanto lagi.

"Secara jelas enggak tahu juga sesudah itu diajak beberapa kali seingat saya 3 kali. Kedua diajak ke gedung DPR ramai-ramai makan siang di ruangan gede, di dalam gedungnya," jawab Charles.

Charles mengaku dalam pertemuan di DPR tidak ada pembicaraan penting. Sementara dalam pertemuan ketiga dengan Novanto, Charles mengaku dikenalkan dengan Irvanto Hendra Prambudi oleh Setya Novanto.

"Saya ditelepon di rumah disuruh dateng ke rumah pak Novanto saya datang malam-malam kalau enggak salah ada pak Paulus Tannos (Dirut PT Sandipala Arthapura). Ditanya cost kartu untuk produksi berapa saya jawab based on pengalaman di Amerika, sekitar 2,5 dolar AS sampai 3 dolar AS," terang Charles.

Charles juga ditanya apakah bisa menggunakan chip dari negara lain. Adapun, pertemuan ketiga adalah pertemuan terakhirnya dengan Novanto. Sebab kerja sama antara HP dan Novanto dalam pengadaan perangkat lunak dalam proyek tersebut gagal berlanjut.

"Tidak dapat (proyek). Tidak jadi kesepakatan harga dengan perusahaan Pak Marliem," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement