REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Ketua Tim Upaya Khusus Swasembada (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) Provinsi Jawa Barat Banun Harpini meminta Perum Bulog segera menyerap gabah petani. Lewat upaya ini, ia ingin memininalisir pembelian gabah oleh oknum tengkulak.
Perempuan yang juga menjabat Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan ini menilai Bulog seharusnya tidak kalah langkah dengan para oknum tengkulak yang membeli Gabah Kering Panen (GKP) di bawah ketentuan pemerintah. Kondisi ini, kata dia cenderung merugikan petani.
"Harapannya upaya ini juga dapat mencapai target serap gabah sebanyak 1,3 juta ton gabah di tahun 2018. Target ini bukan hal yang mustahil karena pernah di capai di tahun 2016 setelah sebelumnya di tahun 2017 hanya 1,2 juta ton gabah," katanya saat menghadiri Gerakan Panen dan Serap Gabah di Desa Sukaratu, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (24/1).
Kementan, kata dia mengambil peran dalam pendampingan petani supaya bisa menghasilkan gabah dengan kuantitas dan kualitas baik. Bentuk pendampingan dengan program bantuan alat pertanian, asuransi pertanian atau penyedian gudang. Khusus di Desa Sukaratu, panen dilakukan pada areal 40 hektar sawah dari total areal lahan padi seluas 1.840 hektar di Kecamatan Sukaratu.
"Dengan varietas padi Ciherang, petani mampu mencapai provitas 7,52 ton per hektar. Untuk harga, saat ini rendemen sedang naik sehingga harga GKP ditingkat petani di kisaran angka 5.400 per kilo dan GKG di angka harga 6.500 per kilo," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Jaya Ratu, Ajid menyampaikan para petani di Sukaratu yang notabene berada di bawah kaki Gunung Galunggung ikut terbantu atas program Kementan. Bantuan Kementan, kata dia berguna dalam lakukan panen dan menanggulangi hama tumbuhan. "Ke depan harapannya bantuan teknis agar para petani bisa mendapatkan nilai tambah dari hasil produk pertaniannya, seperti padi organik yang telah dilakukan oleh petani di desa lain," harapnya.