Jumat 26 Jan 2018 20:00 WIB

Laut Mati yang tak Mati

Airnya enam kali lebih asin dibandingkan air laut.

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Agung Sasongko
Laut Mati
Foto: Republika/Darmawan
Laut Mati

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Laut Mati kerap memberikan kejutan bagi pengunjungnya. Banyak cerita yang menyelubunginya. Legenda menyebutkan, burung-burung tidak bisa terbang hidup-hidup saat melintasi danau ini. Pengunjung pun harap-harap cemas saat mendekatinya.

Dalam benaknya, mereka membayangkan Laut Mati adalah danau yang suram dan tidak menyenangkan. Padahal, tidak juga. Kekontrasan air biru yang berhadapan langsung dengan tebing berwarna merah keemasan dan bukit-bukit tandus menjadi salah satu pemandangan yang tidak bisa dilupakan jika anda berkunjung ke sini.

Tidak bisa dimungkiri bahwa Laut Mati memang “mati”. Airnya enam kali lebih asin dibandingkan air laut. Dengan kandungan mineral yang melimpah di dasarnya, Laut Mati hanya dapat menyokong kehidupan dalam bentuk bakteri. Laut Mati menempati titik terendah di bumi. Ia berada 1.300 meter di bawah permukaan laut. Kawasan danau merupakan salah satu tempat terpanas di bumi dan hanya ada sedikit kawanan burung menghuni wilayah tersebut.

Namun, kadar garam atau salinitas yang tinggi bukanlah faktor yang mematikan atau mengancam. Panas yang membakar hanya terjadi di pertengahan musim panas. Dan, penyebab burung-burung menghindari danau bukanlah karena adanya asap beracun, melainkan karena tidak ada ikan atau serangga yang bisa mereka makan.

Banyak sungai bermuara ke Laut Mati, termasuk Sungai Yordania yang termasyhur. Sekitar enam juta galon air dituangkan ke danau ini setiap hari. Pasokan ini lebih dari cukup karena air yang masuk terperangkap. Tidak ada jalan keluar bagi air.

Di kawasan ini suhu musim dingin tidak pernah di bawah 21 derajat Celcius. Ketika memasuki musim panas, suhu biasanya mencapai 60 derajat Celcius. Terlebih lagi, curah hujan tahunan tidak pernah melebihi 13 sentimeter sehingga air menghilang sama cepatnya seperti saat ia datang.

Penguapan adalah penyebab tingginya kadar garam. Selama berabad-abad air menguap, tetapi mineral di dalamnya tetap ada. Kandungan mineral yang padat di dalamnya membuat pengunjung tidak bisa berenang atau tak bakal tenggelam. Mereka mengapung di permukaan air. Keunikan inilah yang menjadi daya tarik Laut Mati. Pengunjung dapat melakukan aktivitas menyenangkan, seperti membaca, makan, minum, atau bahkan tidur siang sambil mengapung.

Hingga kemudian, seseorang mencoba mengekstrak beberapa mineralnya. Saat ini, berkat ilmu pengetahuan dan teknik modern, pepohonan di sekitarnya mampu menghasilkan potasium klorida dalam jumlah besar dan bahan kimia lain. Potasium klorida adalah pupuk yang berharga.

Hal tersebut menjadikan Laut Mati secara tidak langsung telah menjadi sumber kehidupan yang penting. Lumpur hitam di dasar danau juga berkhasiat bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Laut Mati juga memberikan kehidupan dengan cara lain. Di sebelah utara telah berdiri sebuah hotel modern. Fasilitas lain yang mendukung bagi wisatawan terus dibangun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement