REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) menyatakan protes keras dan keberatan dengan pernyataan Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian. DDII menilai, pernyataan kapolri seolah-olah hanya mengakui Ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Mengutip pernyataan Kapolri, Ketua Umum DDII KH Mohammad Siddik mengatakan, hanya NU dan Muhammadiyah yang dianjurkan supaya dihubungi dan diperkuat oleh jajaran Polri. DDII menilai, pernyataan ini bisa menyesatkan.
Padahal, banyak organisasi Islam yang lain dan berperan di Indonesia, tapi dianggap tidak ada oleh kapolri. Bahkan ada organisasi Islam lain yang lebih tua dari NU dan Muhammadiyah.
"Pernyataan kapolri bisa disalahtafsirkan, seolah yang lain (Ormas selain NU dan Muhammadiyah-Red) bukan organisasi yang baik," kata KH Siddik kepada Republika.co.id, Selasa (30/1).
Kiai Siddik menegaskan, DDII sangat keberatan dengan pernyataan kapolri. Sebab, ormas-ormas Islam lain seperti Persatuan Umat Islam (PUI), Persatuan Islam (Persis), Al-Irsyad dan lain-lain, mereka punya peran di bidang pendidikan.
Mereka punya sekolah-sekolah, masa ormas-ormas Islam yang lain diabaikan semua oleh kapolri. Pernyataan kapolri kepada ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah sangat miris.
KH Siddik juga menyampaikan, DDII beserta ormas-ormas Islam lainnya membuat Majelis Organisasi Islam (MOI), salah satu programnya kerja sama dakwah. Ormas Islam yang tergabung dalam MOI umumnya bagian dari Masyumi.
Ada 12 ormas Islam di dalam MOI. Di antaranya PUI, Mathla'ul Anwar, Persis, Al-Irsyad, Ikadi, Hidayatullah dan lain-lain. Semua ini organisasi Islam yang berperan penting dalam pendidikan. "Mendidik anak bangsa supaya menjadi bangsa yang berkarakter, beragama, berakhlak sesuai dengan Pancasila," ujarnya.
Menurutnya, tidak adil seorang kapolri mengeluarkan pernyataan seperti itu. Seperti tidak tahu sejarah dan peranan umat Islam Indonesia. KH Siddik menginformasikan, DDII bisa dikatakan termasuk organisasi terbesar di Indonesia, pendiri DDII adalah Mohammad Natsir. Mohammad Natsir yang melahirkan NKRI pada 3 April 1950. "DDII merasa berkewajiban mempertahankan NKRI," tegasnya.
Karena itu, dia menegaskan, DDII tidak keberatan NU dan Muhammadiyah diperkuat Polri, tapi ormas Islam yang lain juga harus diperkuat. Akan tetapi arahan kapolri, hanya memperkuat NU dan Muhammadiyah saja. Arahan ini tidak pas dikatakan seorang kapolri.
KH Siddik menyampaikan, Wakapolri Komjen Syafruddin pernah datang ke DDII. Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin datang ke acara DDII. Presiden Joko Widodo membuka Muktamar Al-Irsyad di Bogor. Mereka mengakui keberadaan ormas-ormas Islam lain.