Kamis 01 Feb 2018 11:41 WIB

Menafakuri Makna Gerhana Bulan dan Tanda-Tanda Kiamat

Gerhana bulan Supermoon tampak dari kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Rabu (31/1).
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Gerhana bulan Supermoon tampak dari kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Rabu (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, Malam tadi, dunia baru saja diperlihatkan salah satu kuasa Allah, gerhana bulan total atau super blue blood moon. Fenomena langka itu pun tidak dilewatkan rakyat Indonesia yang berbondong-bondong menyambut kedatangan gerhana yang terakhir kali terjadi pada 150 tahun silam tersebut. Namun, adakah makna dari gerhana bulan semalam?

Pada era digital sekarang, kita lebih sering menundukkan pandangan karena sibuk berselancar di dunia maya via ponsel pintar. Gerhana semalam setidaknya membuat kita mengadahkan wajah ke langit untuk merenungan ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala yang maha indah. Umat Islam pun menyambut salah satu bukti ciptaan Allah tersebut dengan melaksanakan shalat sunnah Khusuf, bermunajat sembari bertobat.

Sejumlah masjid semalam menggelar shalat khusuf atau shalat sunnah gerhana. Di Depok contohnya, ada 32 masjid yang menggelar shalat gerhana. Salah satunya di Masjid Balai Kota Depok. Ribuan Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mengikuti shalat Isya dan shalat sunnah Gerhana. Shalat sunah GBT tersebut juga diikuti Wakil Wali Kota Depok, Pradi Supriatna tausiyah disampaikan KH Syamsul Hadi. "Shalat sunah gerhana berjamaah ini dilaksanakan untuk kita mengagumi kebesaran Allah subhanahu wa ta'ala," kata Pradi saat memberikan sambutan usai Shalat GBT berjamaah.

Diutarakan Pradi, sangatlah disayangkan peristiwa luar biasa yang 153 tahun sekali terjadi itu untuk dilewatkan dan shalat sunah GBT berjamaah merupakan wujud syukur manusia sebagai hamba Allah subhanahu wa ta'ala. "Kita patut bersyukur atas kebesaran Allah subhanahu wa ta'ala. Kita dalam Islam disunahkan shalat gerhana, dan sebagai kota yang religius kita gelar salat sunah ini," kata dia. "Peristiwa alam yang menjadi tanda keagungan penciptanya ini harus disambut umat manusia sebagai hamba-Nya yang sangat lemah dengan shalat dan berdoa untuk kehidupan yang lebih baik."

Di DKI Jakarta, Gubernur Anies Baswedan yang sebelumnya mengeluarkan edaran terkait shalat gerhana, datang ke Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari di Daan Mogot, Jakarta Barat, Rabu (31/1) malam. Anies datang untuk mengikuti shalat gerhana bulan yang dilangsungkan di masjid yang diresmikan pada tahun lalu tersebut.

"Ternyata ini bersamaan dengan hari ulang tahun Nahdlatul Ulama (31 Januari) di Masjid Raya Hasyim Asy'ari dan saya hadir, saya akan shalat gerhana ikut dalam kegiatan itu," kata dia.

Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan beberapa lokasi atau titik untuk menyaksikan fenomena langka gerhana bulan total ini. Disparbud telah menyiapkan tujuh titik lokasi pengamatan yang dibuka untuk umum. Ketujuh lokasi tersebut akan dibuka dari pukul 17.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB.

Ke tujuh titik tersebut di antaranya, Planetarium dan Observatorium Jakarta, Tugu Monas, perkampungan budaya betawi Setu Babakan, Taman Fatahillah. Selain itu, fenomena tersebut juga bisa disaksikan di Kepulauan Seribu, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Taman Impian Jaya Ancol.

Gerhana Bulan Total semalam, diawali dan diakhiri oleh Gerhana Bulan Penumbra dan Gerhana Bulan Sebagian. Kepala Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, DIY, Yudhiakto Pramudya, mengatakan Gerhana Bulan Penumbra mulai terjadi pada tanggal 31 Januari 2018 pukul 17.51 WIB. "Pada saat tersebut, tidak tampak banyak perubahan pada warna bulan yang terlihat," ujarnya, Rabu (31/1).

Bulan akan mulai tampak ada perubahan warna pada saat memasuki fase Gerhana Bulan Sebagian yaitu pada pukul 18.48 WIB. Perlahan, lanjut dia, warna merah akan mendominasi piringan Bulan sampai saat pukul 19.52 WIB. Pada saat tersebut, bulan memasuki fase Gerhana Bulan Total.

photo
Warga memotret fase gerhana bulan total di kawasan Taman Ismail Marzuki(TIM), Cikini, Jakarta, Rabu (31/1).

Keadaan ini berlangsung sekitar satu jam yaitu berakhir pada pukul 21.08 WIB. Setelah fase Gerhana Bulan Total berakhir, warna kemerahan berangsur hilang. Fase ini adalah Gerhana Bulan Sebagian. Bulan akan kembali memasuki fase Gerhana Bulan Penumbra pada pukul 22.11 WIB. Dan fase gerhana berakhir pada pukul 23.08 WIB.

"Sehingga secara keseluruhan, kita akan menikmati gerhana selama lebih dari lima jam," kata pria yang juga merupakan anggota Divisi Hisab dan Iptek Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah ini.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, gerhana semalam adalah fenomena langka. "Dengan gerhana bulan yang diikuti supermoon, bluemoon dan bloodmoon. Seratus lima puluh tahun itu sangat lama, bahkan usia manusia tidak sampai segitu," kata Dwikorita di kantornya, Jakarta, Rabu (31/1).

Dia mengatakan supermoon adalah penampakan bulan penuh dengan tingkat lebih terang dan besar dari biasanya karena posisi bulan dan bumi sangat dekat. Pada waktu yang sama, kata dia, purnama dan gerhana akan tampak lebih besar dari biasanya. Selanjutnya soal bluemoon, mantan rektor Universitas Gadjah Mada itu mengatakan istilah bulan biru itu merujuk pada fenomena terjadinya gerhana dua kali dalam bulan yang saja, yaitu pada Januari. Gerhana tersebut terjadi pada awal dan akhir Januari.

Kemudian, kata dia, istilah bloodmoon itu merujuk pada penampakan bulan yang cenderung berwarna merah. Warna merah darah itu terjadi saat bulan memasuki area bayangan bumi di bagian umbra atau ketika gerhana bulan total memasuki fase puncaknya. Dia mengatakan gerhana bulan total itu umumnya membuat penampakan bulan di langit gelap sepenuhnya. Akan tetapi, fenomena bulan pada Rabu petang saat gerhana bulan total itu akan berwarna merah dan itu jarang terjadi.

photo
Tiga fenomena bulan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement