REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansyah, menyatakan topik utama protesnya para sopir angkot di Jalan Jatibaru Tanah Abang, Jakarta Pusat, adalah pendapatan mereka yang menurun.
Andri menegaskan agar semua pihak tidak mengira sopir angkot memasalahkan trayeknya. "Jadi isunya itu jangan isu trayek, isunya adalah bagaimana pendapatan mereka itu tetap atau kalau bisa meningkat," ujar dia saat ditemui di Gedung TMC Polda Metro Jaya, Jumat (2/2).
Hasil audiensi dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, adalah para sopir angkot mengeluhkan pendapatan mereka menurun. Sehingga pemerintah sedang mencari cara bagaimana pendapatan mereka meningkat lagi. Meski demikian, dia mengakui dalam enam rekomendasi dari kepolisian, salah satunya adalah mengembalikan kembali fungsi Jalan Jatibaru Tanah Abang. Hal ini agar bisa kembali dilalui kendaraan. Namun, menurut Andri, hal itu akan dibahas secara detail nanti.
Penataan PKL di jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Beberapa sopir angkot juga ada yang mengatakan ingin tetap berada di jalur trayek sebelumnya. Tetapi, bagi Andri, jika tetap dalam trayek dan pendapatan masih menurun, tentu sopir-sopir angkot itu akan kembali menggelar demonstrasi.
"Ya sekarang seumpanya mau ditrayek itu, trayek A, trayek B, trayek C, kalau seumpama pendapatannya berkurang, masih protes nggak? Pasti masih. Tapi kalau cuma sama A, cuma B, cuma C, tapi pendapatannya meningkat protes nggak? Nggak," ujar Andri.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah sopir angkutan kota (angkot) yang trayeknya melewati kawasan Tanah Abang melakukan demo di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (31/1). Mereka mengaku, aksi demo itu dilakukan untuk meminta Jalan Jatibaru kembali difungsikan sebagaimana mestinya.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan imbas dari penutupan Jalan Jatibaru Raya di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Senin (22/1).
Salah seorang sopir angkot JP03 trayek Grogol-Tanah Abang, Rusdi (50), menyatakan tidak pernah ada yang menggerakkannya untuk demo. Ia mengaku terpanggil untuk ikut dalam barisan yang menentang penutupan Jalan Jatibaru, lantaran terimbas buruk kebijakan tersebut.
Dia mengatakan pendapatannya turun drastis sejak jalan itu ditutup. Bahkan, Rusdi mengaku lebih sering pendapatannya hanya untuk setoran dan tidak membawa pulang uang lebih. Tak jarang pula harus 'nombok' untuk bayar setoran.