REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Saiful Rachman, membenarkan adanya tindak kekerasan oleh siswa SMA N 1 Torjun, Dusun Jrengik, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang bernama Holili, kepada gurunya Ahmad Budi Cahyono (27). Kekerasan tersebut mengakibatkan meninggalnya sang guru.
Saiful Rachman pun menjabarkan kronologi kejadian, setelah menghimpun data dari Kepala Sekolah, keluarga korban, dan para siswa di sekolah tersebut. Kejadian bermula pada Kamis (1/2) pagi, saat guru honorer yang mengajar seni rupa itu memberi materi seni lukis di kelas XII, yang merupakan kelas Holili.
"Mengajarnya itu tidak dilakukan di kelas, tapi dilakukan di luar kelas. Yakni dengan mempraktekkan melukis dengan mengecat di tembok-tembok di halaman sekolah," kata Saiful saat memberikan keterangan pers di Kantor Dinas Pendidikan Jatim, Jalan Gentengkali Nomor 33, Surabaya, Jumat (2/2).
Baca juga, Guru Budi Sempat Ceritakan Pemukulan Dirinya.
Pada proses belajar mengajar tersebut, siswa yang bernama Holili itu membuat gaduh dan terus mengganggu teman-teman sekelasnya yang juga mengikuti pelajaran. Selaku pengajar, Budi pun sempat mengingatkan Holili untuk berhenti membuat kegaduhan.
Budi pun sempat mengancam akan mencoret Holili dengan cat lukis jika yang bersangkutan tak berhenti mengganggu teman-temannya. Tak kunjung mengindahkan seruan tersebut, Budi pun mencoretkan cat lukis ke pipi Holili menggunakan kuas yang digunakan praktik saat itu.
Merasa tidak terima dengan tindakan sang guru, Holili melah melakukan perlawanan dengan melayangkan pukulan ke tengkuk leher Budi. "Akhirnya dilerai oleh para guru dan siswa yang ada di situ," ujar Saiful.
Seusai kejadian, Budi pun kembali ke ruangan guru, dan tidak terlihat ada rasa sakit yang dideritanya. Bahkan, saat ditanya oleh kepala sekolah, sang guru menyatakan tidak ada masalah apa-apa.
Kemudian, Budi pulang dari sekolah dengan mengendarai sepeda motornya seperti biasa. Saiful juga membantah penyataan bahwa korban sempat dicegat oleh pelaku saat perjalanan pulang. "Gak benar kalau ada yang bilang saat pulang guru itu diadang oleh siswa," kata Saiful.
Sesampainya di rumah, lanjut Syaiful, sang guru pun langsung beristirahat. Selang beberapa saat, Budi sempat mengeluh kepada istrinya trekait rasa nyeri yang dialaminya, sebelum akhirnya dia jatuh pingsan.
Keluarga pun berinisiatif membawa yang bersangkutan ke Rumah Sakit Sampang. Namun, sesampainya di sana, dokter di RS Sampang menyatakan tidak mampu menangani dan harus dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo.
Sesampainya di RSUD Dr. Soetomo, Budi langsung dirawat di Instalasi Gawat Darurat. Sampai pada pukul 21.00 WIB, nyawa korban dinyatakan tidak tertolong. Setelah itu, kemudian dilakukan visum oleh pihak rumah sakit untuk mengetahui seberapa parah luka yang dialami korban. "Dari hasil visum diketahui ada memar di tengkuk leher dan kemudian di dalam otaknya ada pendarahan. Jadi di batang leher dan di otaknya juga yang kena," kata Saiful.