REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengimbau masyarakat untuk bersiaga mewaspadai berbagai gangguan keamanan menjelang Pilkada Jabar 2018. Apalagi, dalam beberapa pekan terakhir ini terjadi kasus penganiayaan yang menimpa dua tokoh agama di Jawa Barat.
Atas kejadian tersebut, Ahmad Heryawan mengajak untuk semua pihak meningkatkan kesiapsiagaan dan melakukan deteksi dini sebagai antisipasi ada kejadian-kejadian berikutnya. "Saya sangat prihatin, mengucapkan bela sungkawa atas dua tokoh yang dianiaya, dan salah satunya meninggal dunia. Kemudian dari peristiwa itu, kita harus segera melakukan langkah," ujar Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher di Gedung Sate, akhir pekan lalu.
Aher pun mengajak masyarakat bersama dengan aparat Polri dan TNI untuk bersiaga menjaga rasa aman di Jabar yang selama ini telah dimiliki bersama. Aher mengatakan, jangan sampai, ada gangguan terhadap rasa aman yang dimiliki bersama selama ini. "Tanpa menyangka-nyangka atau mereka-reka ada apa di belakang itu, saya meminta kepolisian usut tuntas peristiwa ini, usut pelakunya. Kita harus menjamin rasa aman keamanan di Jabar, semuanya menjaga Jabar," katanya.
Aher mengakui, selalu ada kekhawatiran kasus penganiayaan ini akan memengaruhi Pilgub Jabar atau Pilkada di 16 kabupaten dan kota di Jabar. Namun, kekhawatiran tersebut harus diantisipasi segera secara maksimal dengan meningkatkan kewaspadaan.
Semuanya, kata dia, bisa diselesaikan dengan antisipasi segera supaya tenang karena dengan membangun rasa aman bersama dan komitmen sekuat mungkin bahwa kita mampu hadirkan Jabar yang aman dan pilkada aman. "Dengan kesiapsiagaan, kita hadapi situasi apapun di Jabar," katanya.
Aher pun, menyerahkan kasus ini kepada pihak berwenang. Jika hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa dua tersangka kasus penganiayaan tersebut adalah orang dengan gangguan jiwa, masyarakat harus waspada.
Dinas Sosial, kata dia, telah menangani sejumlah warga dengan gangguan jiwa. Namun, masyarakat harus lebih waspada supaya tidak ada pihak lain yang memanfaatkan dua kasus ini, atau yang memperalat orang-orang yang memiliki gangguan jiwa untuk kepentingan sejumlah pihak.
"Kita harus waspada, jangan sampai ada orang berlaku seperti itu lagi. Jangan sampai juga ada orang di belakang orang dengan gangguan jiwa. Kita antisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi," kata Aher seraya berharap dengan kondisi ini tak ada yang bermain di belakang dan memancing di air keruh.
Sebelumnya pada Sabtu (27/1), KH Umar Basri mendapat penganiayaan dari seseorang seusai salat subuh di pesantrennya di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Kemudian pada Kamis (1/2), Komandan Brigade PP Persatuan Islam, Prawoto, dianiaya tetangganya. Penyelidikan sementara, kedua tersangka kasus penganiayaan itu dinyatakan memiliki gangguan jiwa.