Jumat 09 Feb 2018 17:48 WIB

Kado Buruk di Hari Pers, Situs Dewan Pers Diretas!

Aksi peretasan model semacam ini akan terus meningkat sehingga perlu diwaspadai.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andi Nur Aminah
Pakar Keamanan Siber Pratama Persadha
Foto: dok. Pribadi
Pakar Keamanan Siber Pratama Persadha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pers Nasional mendapatkan kado buruk di Hari Pers Nasional (HPN) 2018. Situs milik Dewan Pers diretas dan tidak bisa diakses sama sekali. Bahkan dalam salah satu subdomainnya peretas menampilkan gambar wanita berpakaian seksi.

Situs yang diretas yaitu beralamat di dewanpers.co.id. Dalam cache juga ditemukan bahwa terdapat beberapa subdomain yang juga diretas yaitu pendataan.dewanpers.or.id dan pengaduan.dewanpers.co.id.

Pakar kemanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa tindakan peretasan model semacam ini akan terus meningkat. Sehingga kewaspadaan juga harus ikut ditingkatkan.

Untuk mengetahui teknik apa yang dipakai oleh peretas harus ada forensik terlebih dahulu. "Namun dari ciri-ciri dan sistem yang diretas, kemungkinan peretas sudah dapat masuk ke panel utama dari domain dewanpers.co.id," ujar Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) Pratama Persadha dalam keterangan tertulis yang didapat Republika.co.id, Jumat (9/2).

Pratama kemudian menambahkan bahwa tiga domain tersebut berada dalam IP (Internet Protocol) yang sama sehingga ada kemungkinan peretas bisa masuk tidak hanya ke server web, tetapi juga ke operating system server. Bila dilihat dari timeline hacking, dia mengatakan, ditemukan bahwa peretasan sudah beberapa kali dilakukan terhadap web dewanpers.co.id. "Kemungkinan peretas sudah meninggalkan backdoor," ujarnya.

Dia menyarankan harus dilakukan forensik segera terhadap situs Dewan Pers. "Kemungkinan peretas sudah menyerang sejak lama dan meninggalkan backdoor. Peretas sudah mengincar untuk membuat web down saat Hari Pers Nasional," jelas pria asal Cepu, Jawa Tengah ini.

Pratama menambahkan serangan berikutnya dapat diantisipasi bukan hanya dari traffic serangan. Tapi juga dari anomali-anomali yang dilakukan di dalam sistem situs tersebut.

Dia menjelaskan, forensik sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi. Juga untuk mengetahui teknik, taktik, dan prosedur seperti apa yang digunakan peretas dalam menyerang situs Dewan Pers. "Forensik juga penting untuk melihat di mana saja backdoor dipasang peretas," jelasnya.

Keberadaan backdoor yang dipasang oleh peretas bertujuan untuk masuk ke sistem dan bisa mengambil alih lagi di lain waktu. Karena itu, hal ini wajib diwaspadai.

"Koordinasi dengan instansi terkait keamanan siber, seperti BSSN sangat penting sehingga diharapkan tercipta kolaborasi bersama dalam menghadapi serangan siber semacam ini. Karena teknik serangan semakin kompleks dan canggih, ke depannya sangat sulit jika dihadapi secara parsial tanpa kolaborasi," terang Pratama. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement