REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Wakil Presiden AS Mike Pence mengkritik parade militer yang diselenggarakan Korea Utara (Korut) pada Kamis (8/2). Saat mengunjungi Korea Selatan (Korsel) untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, ia menyebut parade militer itu sebagai bentuk provokasi yang terus berlanjut dari Korut.
"Jangan salah, apa yang kita saksikan di Pyongyang kemarin menjelang Olimpiade, mengingat apa yang telah dikatakan Presiden Korea Selatan tadi malam yang berharap bisa menjadikan Olimpiade sebagai sarana perdamaian, sekali lagi merupakan upaya Pyongyang untuk memamerkan rudal balistik mereka, untuk memamerkan militer yang terus menebar ancaman di seluruh wilayah dan di seluruh dunia yang lebih luas," ujar Pence.
Namun Pence kemudian justru balik memuji rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengadakan parade militer semacam itu. Menurutnya, AS sama seperti Prancis yang terkesan dengan Hari Bastille dan rencana tersebut tidak ada kaitannya dengan provokasi Korut.
"Saya pikir kesempatan untuk merayakan pria dan wanita dari angkatan bersenjata Amerika Serikat adalah hari yang menyenangkan. Saya dengan sepenuh hati mendukung seruan presiden untuk merayakan militer kami," jelas Pence, dikutip ABC News.
Baca juga, Korut Siap Berperang dengan Amerika Serikat.
Parade militer Korut ini diselenggarakan untuk merayakan ulang tahun ke-70 berdirinya militer negara tersebut. Parade ini menampilkan ratusan tentara yang berbaris dalam formasi, barisan rudal, dan barisan tank.
Delegasi AS yang dipimpin oleh Pence tidak akan bertemu dengan delegasi Korut selama berada di Pyeongchang. Pence telah menyampaikan kemungkinan adanya pertemuan antara kedua negara itu, tetapi Kementerian Luar Negeri Korut justru mengatakan sebaliknya.
Delegasi Korut, yang dipimpin oleh saudara perempuan Kim Jong-un, yaitu Kim Yo-jong, tiba di Korsel pada Jumat (9/2). Dia adalah anggota pertama keluarga Kim yang mengunjungi Korsel sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953.