REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Film dengan nominasi Oscar terbanyak tahun ini The Shape of Water mencoba menunjukkan nilai lebih dalam kehidupan. Bukan hanya sekadar film monster dalam air, namun cerita yang memperlihatkan empati pada kehidupan manusia.
Sutradara Guillermo del Toro menyatakan, jika film garapannya itu memuat banyak kisah kehidupan manusia pada Tahun 1962. Namun, sesungguhnya, nilai-nilai yang dikemas sangat dekat dengan peristiwa masa kini.
The Shape of Water, menurut del Toro, perumpamaan yang berbicara tentang rasa takut akan orang luar dan perpecahan atas pengetahuan dan gagasan yang berkembang. Meski dengan latar tahun 60-an, ternyata di masa sekarang hal itu pun masih dapat terlihat jelas.
"Saya pikir kita berada dalam masa yang sangat berbahaya saat ini. Kami telah mengorbankan dan mengganti kecerdasan untuk sinisme. Kami sangat takut menjadi emosional," kata del Toro dikutip dari The Wrap, Senin (12/2).
Del Toro menjelaskan, filmnya diisi dengan orang lain atau orang-orang tanpa nama yang sering dianiaya hari ini dan tentu saja berada di pinggiran masyarakat pada tahun 1962. Karakter yang dikembangkan mencoba memproyeksikan kebutuhan dan keinginan mereka atas kebenaran yang ingin didapatkan.
"Sekitar dua pertiga film, makhluk itu adalah ruang kosong di mana setiap orang menuangkan apa yang mereka kira. Dan kemudian ia mendefinisikan dirinya di sepertiga film terakhir," kata del Toro.
Pada akhirnya, The Shape of Water adalah film tentang empati untuk orang lain. Del Toro menjelaskan mengapa wacana hilang di dunia setelah dunia semakin berkembang. Film horor berbalut dongeng yang berlatar era Perang Dingin adalah cara terbaik untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan hari ini.